Ini adalah satu kisah yang sebenar-benarnya terjadi. Namun bukanlah dimaksud untuk menyinggung sesiapapun. Semata hanya nak menghibur.
Alkisah, sudah beberapa masa lamanya saya tak ada menampak seorang jiran. Berhubung antara dia dan saya memiliki keakraban yang cukup erat, tentu saja hal itu otomatis menimbulkan pertanyaan, kemanakah gerangan dia ?.
Demi memutus rasa keingin tahuan, saya pun menelepon dia. Dan inilah percakapan yang terjadi antara kami.
"Assalamu'alaikum ?", cakap jiran saya selepas mengangkat handphone.
"Wa'alaikum salam, akhi", balas saya, kemudian balas bertanya.
"Lama tak menampak di masjid, akhi.... dimana antum sekarang ?".
"Oooh... ana kini sedang ada di kampung".
"Wahh... di kampung lagi ?. Bukankah baru kemarin antum dah balek kampung ?".
"Ha... ha... ha... benar. Tapi kini ana di kampung untuk urusan lain".
"Oh, begitu... urusan apa itu, akhi ?".
"Ana sedang mencari sapi."
"Mencari sapi ?. Untuk apa antum mencari sapi ?".
"Ana mencari sapi untuk keperluan Hari Raya Qurban besok".
"Ooh... antum besok nak ikut berkurban ?".
"Bukan, akhi... ana mencari sapi, lalu ana bawa ke kota dan dijual lagi untuk jadi sapi kurban".
"Oohh... maksudnya antum nak berbisnis sapi ?".
"Benar, akhi...".
Sampai disini saya tak tahan nak tertawa lebar.
"Ha... ha... ha... memanglah akhi ni. Tak jera-jeranya juga berurusan dengan sapi".
Bagi tuan dan puan yang kurang faham kenapa saya tertawa lebar mendengar perkataan jiran saya itu, dan berkata "Tak jera-jeranya berurusan dengan sapi", bersebab kerana Ianya adalah seorang kader militant dari sebuah partai di Indonesia, yang selepas masa yang dekat ini pernah tersandung "urusan sapi" !.
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.
0Komentar
Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)