Mengenal Maqam Syariat, Tariqat, Hakikat dan Makrifat

lambang tassawuf
Di dalam Islam, dalam upaya mencapai derajat Insan Kamil dikenal istilah maqam yang terbagi menjadi empat. Pertama Maqam Syariat. Kedua Maqam Tariqat. Ketiga Maqam Hakikat. Dan keempat Maqam Makrifat.

Jika kita mempelajari hanya salah satu maqam saja dan sayangnya, ini yang umum terjadi di kalangan kaum muslimin maka akan menimbulkan banyak perselisihan dan perbedaan pendapat serta membeda-bedakan antar kaum muslimin sendiri. Tetapi jika mengetahui ke 4 maqam ini maka semuanya akan sama, tidak ada perbedaan.

Namun sebelum menjelaskan tentang pengertian maqam Syariat, Tariqat, Hakikat dan  Makrifat, baiknya kita ketahui kapan datangnya istilah-istilah tersebut.

Istilah-istilah tersebut sebenarnya pada jaman Rasulullah Saw belum ada, Istilah tersebut baru muncul pada generasi yang ke tiga dari Rasulullah Saw, yaitu generasi Tabi’in, Itabi’in. Setelah generasi ketiga itulah munculah ilmu Tassawuf pada Abad 5 H (11M). Ilmu Tassawuf dipakai oleh setiap calon Sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt
atau berada dalam kehadiratnya tanpa dibatasi hijab.

Bagaimana menurut pandangan Ahlus sunah Waljama’ah?. Suatu cara mendekat diri kepada Allah dengan cara diatas dipersilahkan. Yang terpenting sesuai dengan sumber hukum dalam Islam yaitu Al-Qur'an, Hadits, dan Syariat yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt.

Jadi para ahli Tassawuf menyatukan metode lahir dan batin dalam mengamalkan syariat dan bersungguh-sungguh secara istiqomah dalam mendekatkan diri kepada kepada Allah Swt.

Selanjutnya akan mari kita uraikan satu persatu, maqam demi maqam.


Maqam Syariat


Orang yang berada di Maqam Syariat kitabnya adalah Al-Qur'an Karim. Sesuai dengan namanya, Syariat berarti hukum, undang-undang atau peraturan. Tidak jauh berbeda dengan hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang ada meski syariat adalah peraturan atau hukum yang dibuat oleh Allah Swt.

Hanya saja orang yang masih berada di Maqam Syariat biasanya masih saja suka melanggar peraturan atau hukum yang dibuat oleh Allah Swt tersebut. Sebagaimana warga negara melanggar undang-undang, hukum, atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah pusat atau daerah.

Misalnya, di dalam undang-undang telah dilarang menjual atau memasarkan narkoba dan sejenisnya, tetapi masih saja ada yang memasarkannya. Agar pihak kepolisian tidak mengetahui atau menangkap si pelaku atau si pemasok atau bandarnya, maka pemasaran narkoba dilakukan secara ilegal. Ini namanya melanggar peraturan hukum yang berlaku di sebuah negara. Kemudian contoh lainnya, penjualan miras. Meski di dalam undang-undang penjualan miras dilarang dan pelakunya akan dijebloskan ke dalam penjara, masih saja ada yang menjualnya secara ilegal. Ini namanya melanggar hukum.

Begitu juga pelanggaran terhadap hukum-hukum yang telah Allah Swt buat di dalam Al-Qur'an Karim. Meski di dalam 6.666 ayat, 114 Surah dan 30 juz Al-Qur'an telah dilarang berzina, korupsi, mencuri, menggibah, meminum khamr, dengki, iri, hasud, hasad, benci, marah dan lain sebagainya, masih saja dilanggar oleh manusia. meskipun manusia itu paham dan hafal 30 juz Al-Qur'an.

Tujuan hukum di dalam Al-Qur'an itu ada sebab di zaman Nabi Muhammad dulu banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Kaum kafir Jahiliyyah. Banyak orang Islamyang rajin shalat berjamaah ke masjid dan mushalla, namun masih suka memfitnah, merendahkan, menghina, acuh, angkuh, sombong, ujub, iri hati, dengki, saling mengkufurkan hingga saling mengatakan sesat terhadap golongan lain yang tidak sefaham atau diluar kelompoknya.

Dengan kata lain mereka telah melanggar hukum atau syariat itu sendiri. Banyak orang Islam berpuasa di bulan Ramadhan namun mereka masih belum bisa melepas dunia atau hawa nafsu. Mereka bekerja, kuliah, sekolah, dan mengejar gelar kesarjanaan hanya bertujuan mendapatkan dunia, ingin dipuji, ingin dihormati, dan ingin dimuliakan. Tidak ada yang lain. Tiap hari raya mereka akan disibukkan dengan membuat berbagai macam kue, membeli baju baru, membeli rumah baru, membeli kendaraan baru, dan lain-lain.

Banyak yang hafal Al-Qur'an hanya karena ingin dipanggil Hafidz dan Hafizhah. Banyak yang pandai melagukan Al-Qur'an agar dipanggil sebagai Qari' dan Qari'ah. Bahkan berlomba-lomba demi mendapatkan piala dan hadiah uang dalam ajang MTQ. Semuanya itu hanya semata untuk dunia atau syariat (bagian luar atau ekstern).

 Ada anak seorang kyai yang habis nyantri di jazirah Arab atau Timur Tengah, belajar ini dan itu lalu sepulangnya ke Indonesia mengisi ceramah kesana-kemari. Tujuannya tak lain adalah hanya ingin mendapatkan selembar amplop. Lagi-lagi urusan dunia. Melanggar ayat lagi. Melanggar hukum Allah lagi. Namanya saja hukum, peraturan dan undang-undang. Selalu dilanggar. Sebagaimana pameo yang muncul di masyarakat: "Aturan itu dibuat untuk dilanggar!."

Maqam Syariat ini diibaratkan kalau orang tenggelam di lautan, yang tenggelam hanya mata kakinya saja sehingga ia masih bisa melihat dunia. Dan kalau diibaratkan jasad, ia berada di kulit. Shalatnya di jasad. Sehingga kalau ada shalat tanpa membaca basmalah, membaca qunut, membaca dzikir, atau bacaan Qur'annya kurang fasih, wudhunya kurang lengkap, atau bajunya kurang bagus atau tidak sama dengan pakaian orang Arab, ia merasa bahwa shalatnya baik rukun dan syaratnya kurang sah. Ia merasa seakan-akan shalatnya tidak diterima oleh Allah swt.

Do'anya orang di maqam ini adalah supaya lulus ujian, supaya punya pacar, supaya mendapat pekerjaan, supaya sukses, supaya cepat kaya, supaya dapat istri cantik, supaya lulus seleksi pekerjaan, supaya menang undian, menang ini dan itu yang kesemuanya dunia, dunia, dunia. Hidup orang yang berada di maqam ini masih bertungkus lumus di tataran duniawi.


Maqam Tariqat


Secara terminologi, Tariqat berarti jalan. Dan secara etminologinya bisa dikatakan pendirian, keyakinan, kemantapan, jalan raya, jalan tol, atau udara. Orang Islam yang berada di jalan Tariqat kitabnya Al-Qur'an Kariim dan Al-Qur'an Qadhim. Tetapi mereka masih belum sempurna tenggelam di dalam lautan makrifat.

Ada orang Islam yang sudah mengenal ilmu Tariqat namun mereka belum bisa sepenuhnya meninggalkan dunia ini. Betul mereka sekolah, kuliah, dan bekerja untuk mencapai makrifat namun masih ada keinginan untuk mendapatkan dunia. Tapi di dalam hatinya ada keinginan untuk mencapai maqam hakikat dan makrifat.

Kalau diibaratkan seseorang di lautan, yang tenggelam baru sampai di pinggangnya. Mereka telah mencapai tingkatan atau maqam Tariqat namun masih takut kehilangan pekerjaan, gelar, takut tidak makan, takut tidak punya istri, takut tidak punya rumah, dan takut segalanya yang bersifat duniawi.

Bagi mereka yang mengajar, tetap mengajar dan menerima uang gaji. Karena apabila tidak mendapatkan gaji maka tidak bisa makan. Mereka masih mengajar Al-Qur'an, namun masih menerima gaji bulanan agar asap dapur tetap mengepul. Mereka masih mengisi tausiyah, ceramah, dan khutbah namun masih menerima honor sebagai imbalan memeras keringat dan suara agar tetap bisa berdakwah. Tapi mereka juga masih mengharap kenikmatan di akhirat.

Orang yang berada di maqam ini diibaratkan berada di daging (duduknya di daging). Shalatnya orang yang berada di maqam ini masih berada di daging. Jadi kalau masih ada kotoran yang menempel setelah wudhu maka ia merasa bahwa shalatnya tidak sah. Do'anya orang yang berada di maqam ini adalah supaya masuk surga, dibebaskan dari siksa kubur, siksa api neraka, supaya mendapatkan syafaat Nabi Muhammad dan barakah Syakh Abdul Qadir beserta para alim ulama. Hidupnya orang yang berada di maqam ini di antara alam dunia dan ruh. Mereka hidup di dalam alam ruh namun masih bisa kembali ke alam dunia.


Maqam Hakikat


Hakikat berarti esensi. Hakikat manusia, hakikat ruh, hakikat shalat, dan hakikat beragama, hakikat penciptaan, dan hakikat Allah. Orang yang berada di maqam Hakikat kitabnya adalah Al-Qur'an Qadhim. Kalau diibaratkan seseorang yang berada di lautan, yang ia berada di antara permukaan laut dan dasar laut sehingga ia masih bisa berenang ke permukaan atau melanjutkan ke dasar laut.

Ia mengambang. Artinya, ia masih belum seratus persen meninggalkan dunia. Ia masih berada di antara kebimbangan antara bersyariat dan bermakrifat. Hatinya belum benar-benar tenggelam dalam penyatuan dengan Allah. pikirannya masih terpaut dengan urusan syariat. Sehingga ketika dia melangkah ia masih dibayang-bayangi dengan hukum-hukum Allah meskipun kitabnya bukan lagi Al-Qur'an Al-Karim.

Betul ia ingin melepaskan dunia yang fana atau alam mulki ini namun masih merasa keberatan. Tapi tidak seberat orang yang berada di Maqam Tariqat. Betul hatinya sudah yakin kepada Allah bahwa Allah Swt. lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh hamba-Nya namun masih ada sedikit keraguan padanya. Sehingga hati dan pikirannya masih diselimuti keragu-raguan. Orang yang berada di maqam ini diibaratkan masih ada di darah. Dan shalatnya orang yang berada di maqam ini berada di darah.

Pikiran masih ke mana-mana. Hatinya masih menggerundel. Tapi mereka tidak menyalahkan orang lain. Sebab mereka sudah mengenal diri, mengenal hakikat diri, hakikat Nur Muhammad dan hakikat penciptaan. Namun hanya saja belum mengenal Allah. Doanya orang yang berada di maqam ini adalah supaya diberi jalan yang lurus, dihindarkan dari jalan yang sesat, diberi cahaya dalam hati, dan diberi jalan kemudahan. Hidupnya orang yang berada di maqam ini ada di alam ruh.


Maqam Makrifat


Makrifat adalah mengenal Allah. Proses puncak di mana bertemunya Ruh dan Ruh. Ruh hamba dan Ruh Pencipta. Dialognya orang yang yang berada di Maqam Makrifat adalah dialog antara hamba dengan Sang Pencipta layaknya dialog antara anak dan bapak. Atau anak dan ibu. Tidak ada sekat. Tidak ada hijab. Tidak ada dinding pemisah. Sebab kedua Ruh sudah menyatu (Ruh hamba asalnya dari Ruh Allah atau ibarat air sungai yang menyatu dengan air laut).

Shalatnya orang yang berada di maqam ini ada di Ruh. Segala gerakan dan ucapannya adalah gerakan dan ucapan Allah. Bukan lagi di bibir dan di jasad. Dan ketika shalat, hatinya benar-benar menyatu dengan Allah. Dan orang yang berada di maqam ini diibaratkan telah tenggelam ke dasar lautan. Tidak terbersit untuk kembali ke permukaan laut sebab di dasar lautan ia melihat segala keindahan. Ia melihat banyak jenis ikan berbagai jenis dan beaneka warna. Ia melihat berbagai spesies terumbu karang.

Kalau diibaratkan di dunia, ia sudah tidak tertarik dengan dunia. Di dalam hati dan pikirannya tidak ada rasa takut tidak beristri, tidak bisa makan, tidak bisa minum, tidak punya uang, tidak punya tempat tinggal. Karena mereka sudah tidak memerlukan itu lagi. Sebab yang ada di dalam dirinya hanyalah Allah, Allah, Allah. Semuanya hanya untuk Allah. semuanya hanya milik Allah. Dan semuanya hanya kembali kepada Allah. Sehingga ia mencapai tujuan yang sebenarnya yaitu bertemu dengan Allah. Dan menjadi Insan Kamil. Manusia yang betul-betul sempurna. Dan ketika berada di akhirat, ia langsung masuk ke dalam surga tanpa melalui proses hisab sebab ia sudah mendapatkan grasi (pengampunan secara khusus) dari Allah.

Nah, sekarang terserah Anda mau berada di maqam yang mana kalau ingin menjadi hamba yang sempurna dan ma'shum. Kalau ingin cepat bertemu dengan Allah, pilihlah maqam yang tertinggi. Ibarat kalau kita hendak bepergian, tentu saja harus mempunyai negara atau kota tujuan. Syariatnya itu apa terminal, pelabuhan, stasiun, atau bandara?. Tariqatnya itu apa jalan tikus, jalan raya, laut, rel kereta atau udara?. Hakikatnya itu apa jalan kaki, sepeda pancal, sepeda motor, mobil, kereta api, kapal laut, atau pesawat terbang?.

Dan itu semuanya tergantung dengan bagusnya mesin dan nilai kecepatan pada masing-masing kendaraan yang akan kita pakai. Kalau naik pesawat misalnya, apakah akan menggunakan kelas ekonomi (muslim), kelas premium (mukmin), kelas bisnis (muttaqin) atau kelas utama (Insan Kamil)?. Kita kembalikan ke dalam diri masing-masing.

Allahu a’lam



***


Penulis : Khairul Azzam El Maliky.
Editor   : Hendra Gunawan.


Artikel ini merupakan intisari dari Kitab Teberubut. Boleh di cetak untuk dijadikan bahan diskusi pengajian atau seminar dengan syarat menyebutkan nama penulis serta nama dan alamat blog ini sebagai sumber artikel. Apabila Anda ingin penjelasan yang lebih mendalam lagi atau mengantar jemputan, sila menghubungi penulis di Email: bahterawrttingschool@yahoo.com atau di nope: 089602331926

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

19Komentar

  1. Terimakasih atas semua nya..
    Alhamdululah sama denga pemikiran yg sudah saya ketahui..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah juga dan terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

      Hapus
  2. Berarti syariat, tarikat, hakikat dan maktifat di jalani bersamaan dong, klo makrifat tanpa syariat apa gunanya, sedangkan allah swt mewajibkan kita bersyariat. Pembeda antara kita dengan orang kafir adalah sholat. Sholat itu syariat, jadi alangkah baiknya jika kita memulainya dr awal, klo loncat loncat, malah membingungkan.

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah ... Dan Terima kasih atas penjelasannya

    BalasHapus
  4. Iman dan hati itu bermaqam.. Tetapi, syariat,tarikat,hakikat, makrifat bukanlah maqam.
    Ia wajib bagi setiap muslim untuk ada keempat2nya seiringan. Solat 5 waktu itu syariatnya. 13 rukun solat,itu tarikatnya. Hakikatnya, kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah, dan solat itu adalah ibadah. Berihsan dalam solat, itulah makrifat. Seharusnya, dalam ibadah wajib tidak menyekutukan Allah. wajib setiap muslim itu, tidak meragukan Allah dalam setiap urusan. DAN MAKHLUK TAK AKAN BISA MENYATU DENGAN TUHAN. PENYATUAN ITU ADALAH AJARAN HINDU. MANA MUNGKIN BAYANGAN BERGABUNG DENGAN JASAD. MANUSIA ITU ADUM. ALLAH ITU WUJUD. JIKA MAKHLUK BERGABUNGAN DENGAN TUHAN, MAKA BERHASIL BENDA YANG BARU. Kita hanya akan kembali kepadaNya. Kamu akan mati, dan dunia ini adalah tanggungan kita sebagai khalifah. Tidakkah kalian malu mahu meninggalkan tanggungjawab kalian yang di berikan oleh Sang Pencipta? Lihat lah kisah sosok Nabi Khidir AS. Bukankah perbuatannya semua menyelamatkan dunia hamba Allah yang lain. Hartanya si Yatim, Perahunya si Miskin dan Anaknya pasangan yang soleh. Jika kamu memandang hina dunia ini, maka celakalah kehidupan mu. Jika kamu hanya inginkan dunia, hinalah kedudukan kamu. Tetapi jika kamu memandang dunia sebagai rahmat dan nikmat dari Allah. Maka bersyukurlah.Usah dinafikan Nikmat Allah. Usah mengukur tahapan kamu. CUKUPLAH ALLAH ITU SEBAGAI WALI KAMU. DAN CUKUPLAH ALLAH SEBAGAI PEMBIMBING KAMU. BERHARAPLAH PADA ALLAH senantiasa. Makanlah, carilah rezeki dengan baik, kahwinlah, berjalan lah kamu didarat selayaknya. Usah tenggelaman dilautan terlalu lama. Lautan yang dalam itu gelap dan kosong dan kamu hanya akan mati lemas.
    Insanul Kamil itu jayanya kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

    BalasHapus
  5. Kalau kita sebagai muslim, baru bisa menjalankan maqom syariat saja, tapi yg lain belum, bagaimana akibatnya, jazakallohu 💌

    BalasHapus
  6. Bismillah Alhamdulillah
    Trimakasih Pd admin yg sudah berkenan atas segala penjelasan tentang apa itu
    SYAREAT TOREQOT HAKEKAT MA'RIFAT

    TRIMAKASIH 🙏🙏🙏🙏

    BalasHapus
  7. bagus.. mudah di pahami.. dan untuk slg mengisi buka youtube NGAJI HAKEKAT MAKRIFAT kasepuhan wali jati

    BalasHapus
  8. Nah ente udah sampai di maqom yg mana ?

    BalasHapus
  9. Assalamualaikum warahmatullah wabaraqatuh..Saya mencari perawat disekitar, untuk rawatan secara dekat, saya termakan makanan dari ilmu guna-guna, beratus benda halus di hantar kepada saya..

    email saya : tubuhsatu@gmail.com

    BalasHapus
  10. Assalamualaikum warahmatullah wabaraqatuh..
    Saya mencari perawat disekitar, untuk rawatan secara dekat, saya termakan makanan dari ilmu guna-guna, beratus benda halus di hantar kepada saya..
    email saya : tubuhsatu@gmail.com

    BalasHapus
  11. Saya rindu sama orang tua yg mampu menghilang di tempat yg terang,dan mampu melihat di tempat yg gelap,

    BalasHapus
  12. Ikutilah Akhlak seperti Nabi Muhammad S.A.W. insya Allah kita semua di sini akan masuk syurga...

    BalasHapus
  13. Rosulullaahu sholallaahu alaihi wasallam ada di maqom apa? Para sahabat di maqom apa? Bagaimana dg tabiin dann tabiut tabiin? Para imam..mrk ada ada dimaqom apa yaa??

    BalasHapus
  14. orang yang udah sampe maqam makrifat ga solat lagi? situ Nabi ?

    BalasHapus
  15. Syariat.tariqat. hakekat makrifat mukasafah mahabbah

    BalasHapus
  16. Jaza Qumulah ya Ilmu Syariat nya ya. saya ingin lebih tinggi lanjut belajar

    BalasHapus

Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)