Hakikat Awal Nur Muhammad 1

Bagian Pertama

nur muhammad 1
Pemahaman tentang hakikat Nur Muhammad pada umumnya dimulai dari kajian asal yaitu ketika seluruh alam belum ada dan belum satu pun makhluk diciptakan Allah Swt.

Pada saat itu yang ada hanya zat Tuhan semata-mata, satu-satunya zat yang ada dengan sifat Ujud-Nya. Banyak dari kalangan sufi memahami bahwa pada saat itu zat yang ujud yang bersifat qidam tersebut belumlah menjadi Tuhan karena belum bernama Allah,

Untuk bisa dikatakan sebagai Tuhan, sesuatu itu harus dan wajib ada yang menyembahnya. Apabila tidak ada yang menyembah maka tidak bisa sesuatu itu disebut Tuhan, demikianlah logikanya.

Karena zat yang ujud-Nya besifat qidam tersebut pada saat itu hanya berupa zat, maka pada saat itu Dia belum menjadi Tuhan dan Dia belum bernama Allah, karena kata Allah sendiri dipakai dan diperkenalkan oleh Tuhan sendiri setelah ada makhluk yang akan menyembahnya serta hakikat makna dari kata Allah itu sendiri berarti yang disembah oleh sesuatu yang lebih rendah dari padanya. (untuk pembahasan ini kita cukup memahaminya seperti itu)

Setelah itu, barulah diciptakan Muhammad dalam ujud nur atau cahaya yang diciptakan atau berasal dari Nur atau Cahaya Dzat yang menciptakannya (sebagai perbandingan, Adam diciptakan dari Tanah). Yaitu Nur yang cahayanya terang benderang lagi menerangi. (kemudian nur tersebut difahami sebagai Nur Muhammad). Nur itulah yang kemudian mensifati atau memberi sifat akan Dzat yaitu sifat Ujud yang berati ada dan mustahil bersifat tidak ada karena sudah ada yang mengatakan "ada" atau meng-"ada"-kan yaitu Nur Muhammad.

Jabir ibn `Abd Allah r.a. berkata kepada Rasullullah s.a.w: "Wahai Rasullullah, biarkan kedua ibu bapakku dikorban untukmu, kabarkan perkara yang pertama Allah jadikan sebelum semua benda." Baginda Saw. menjawab: "Wahai Jabir, perkara yang pertama yang Allah jadikan ialah cahaya Rasulmu daripada cahaya-Nya, dan cahaya itu tetap seperti itu di dalam Kekuasaan-Nya selama Kehendak-Nya, dan tiada apapun pada masa itu." (HR :  al-Tilimsani, Qastallani, Zarqani) `Abd al-Haqq al-Dihlawi mengatakan bahwa Hadist ini Sahih.

Ali ibn al-Husayn berkata dari bapaknya dari kakeknya berkata bahwa Rasullullah s.a.w bersabda: "Aku adalah cahaya dihadapan Tuhanku selama empat belas ribu tahun sebelum Dia menjadikan Adam a.s." (HR : Imam-Ahmad, Dhahabi dan-al-Tabrani)

Setelah Nur Muhamamad di ciptakan dari Nur atau Cahaya Dzat–Nya, maka selanjutnya Nur Muhammad itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya dengan Dzat, karena dengan Nur Muhammad itulah, Dzat melahirkan semua sifat yang disifati-Nya.


اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ


"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus (1), yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) (2), yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. " (QS. An Nuur : 35)

Ibn Jubayr dan Ka`b al-Ahbar berkata: "Apa yang dimaksudkan bagi cahaya yang kedua itu ialah Rasullullah s.a.w kerana baginda adalah Pesuruh-Nya dan Penyampai dari Allah s.w.t terhadap apa yang menerangi dan terdzahir." Ka`b berkata: "Minyaknya bersinar akan berkilauan karena Rasullullah s.a.w bersinar akan diketahui kepada orang ramai walaupun jika baginda tidak mengakui bahawa baginda adalah seorang nabi, sama seperti minyak itu bersinar berkilauan walaupun tanpa dinyalakan."

Dari dalil-dalil yang disampaikan diatas dapatlah difahami bahwa hubungan antara Nur Muhammad dengan Dzat Tuhan adalah hubungan yang tidak dapat dipisahkan yaitu, dimana Allah berdiri disana Nur Muhammad berada, Ketika Allah disebut, maka disana Muhammad ikut menyertainya seperti pada pada kalimat tauhid "La Ila Ha Illaallah, Muhammad rasululullah". Ketika Allah disebut, maka mutlak disana Muhammad wajib ikut atau berada.

Ibarat api dengan panasnya. Dimana api berada, maka disana pula panasnya berada. Dimana Dzat berada disana pula Nur Muhammad berada. Bukanlah dikatakan api kalau tidak terasa panas. Ketika api disentuh, maka sesungguhnya yang tersentuh hanyalah panasnya saja dan ketika terasa panasnya api pada hakikatnya yang dirasakan adalah api itu sendiri. Sehingga untuk memudahkan pemahaman, kalau diibaratkan "api" adalah Dzat dan "panas" adalah Nur Muhammad yang menjadi sifat yang tidak terpisahkan dari pada api.

Sebagai contoh lain dapat difahami melalui konsep laut dan gelombang. Tidaklah dikatakan sesuatu itu laut kalau dia tidak bergelombang (ombak). Karena gelombang itu adalah sifat dari pada laut. Dimana ada laut, maka disana pula ada gelombangnya. Tidak bergoncang atau bergerak gelombang itu apabila laut tidak bergoncang. Karena gelombang itu adalah laut yang bergoncang. Ketika kita memandang laut yang terlihat adalah gelombangnya. Dan ketika mata memandang gelombang, pada hakikatnya yang dipandang adalah laut . (Pemahaman ini sebaiknya disimpan dulu, untuk pemahaman kajian lebih lanjut), Coba pelajari dan fahami hadist berikut dalam acuan pemahaman diatas.

"Aku telah dimasukkan ke dalam tanah pada Adam dan adalah yang dijanjikan kepada ayahanda ku Ibrahim dan kabar gembira kepada Isa ibn Maryam." (HR : Ahmad, Bayhaqi)

"Bila Tuhan menjadikan Adam, Dia menurunkan aku dalam dirinya (Adam). Dia meletakkan aku dalam Nuh semasa di dalam bahtera dan mencampakkan aku ke dalam api dalam diri Ibrahim. Kemudian meletakkan aku dalam diri yang mulia-mulia dan memasukkan aku ke dalam rahim yang suci sehingga Dia mengeluarkan aku dari kedua ibu-bapakku. Tiada pun dari mereka yang terkeluar." (HR : Hakim, Ibn Abi `Umar al-`Adani)

Ada yang bertanya padaku tentang uraian ini, pertanyaannya sebagai berikut :

Dengan uraian tersebut diatas lalu mau dikemanakan a.l. QS. 15:29 :


فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

"Setelah Aku sempurnakan bentuknya (Adam) dan Aku tiupkan kepadanya (Adam) ruh-Ku, maka hendaklah kamu tunduk merendahkan diri kepadanya (Adam)."

Dari ayat ini dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang terkait dengan posisi Adam as. dapat disimpulkan tidak "terselip" satu kalimat pun riwayat Nur Muhammad.

Muhammad SAW manusia biasa, berbeda proses kelahirannya dengan Nabi Isa as. dan apalagi dengan penciptaan Adam as.


قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

"Katakanlah (hai Muhammad): Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?". Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?."(QS. Al An'am:50).

Jawabannya adalah :

Dhohir memang sama, antara kita dengan nabi, tapi apakah hakikat itu sama?, tentu tidak. Kebodohan akan hakikat bersumber dari hakikat hati masing-masing yang tidak bisa mengerti akan hakikat. Hanya makhluk bodoh yang berselisih tentang hakikat.

Man lam yazuq lam ya’rif: siapa tidak merasa pasti tidak tahu. Hanya orang yang merasalah yang dapat mengenal hakikat Nur Muhammad Saw.

"Dzahir boleh berbeda tapi hakikatnya Satu jua" ,"Syuhudul kasrah fi Wahdah". Hakikat adalah rahasia kedalaman hati, karena itu jika sudah mencapai dasar dari hati, maka tidak ada perselisihan. Tapi jika Hakikat diletakkan pada akal menimbulkan persangkaan, akhirnya melahirkan perselisihan. Perbanyaklah bershalawat untuk menemukan hakikat yang sebenarnya, karena shalawat bisa menjadi pengganti Guru Mursyid yang sekarang ini susah untuk kita temui.

Diterangkan oleh hadits, asalnya Nabi Adam adalah dari saripati tanah-api-air-angin. Kalau tanah-api-air-angin, datang dari mana?.  Diterangkan oleh hadits, asalnya dari nur muhammad, yaitu cahaya empat perkara: cahaya hitam – hakikat tanah, cahaya putih – hakikat air, cahaya kuning – hakikat angin, dan cahaya merah – hakikat api.

Kalau Nur muhammad, asalnya dari mana?. Menurut keterangan dari hadits, asalnya dari Nur Maha Suci, yaitu jauhar awwal. Selepas ini, habis. Karena sudah dijelaskan di hadits dan Qur’an bahwa jauhar awwal adalah bibitnya tujuh bumi tujuh langit berikut segala isinya. Maka, yang dimaksud dengan dalil "bermula dari Allah" adalah dari jauhar awwal ini.

Inti dalam menjalankan Islam dan Tujuan Vertikal diri adalah Tarikat, Syariat, Hakikat dan Ma’rifat.

Nur Muhammad adalah cahaya yang berbinar sehingga terciptalah semuanya. Manusia, gunung, api, matahari dll. Alam Semesta bershalawat kepada Rasulullah Saw dan Sujud kepada Allah Swt.

Pada penciptaan Adam.as, beliau di wajibkan untuk menyebut dua kalimat Syahadat. Itu salah satu bukti Nur Muhammad ada pada diri Adam (dan pertama kali diciptakan) ketika di sempurnakan oleh Allah sebagai hamba-Nya memeluk Islam (pada waktu itu).

Pada kajian yang lalu tentang Hakikat Nur Muhammad telah disampaikan bahwa Muhammad itu merupakan Nur yang terpancar dari Dzat Tuhan. Nur Muhammad adalah yang pertama diciptakan dan merupakan ruh dari segala makhluk. Sehingga tidak ada makhluk tanpa adanya Nur Muhammad, karena dengan Nur Muhammad inilah Allah Swt. melahirkan secara nyata sifat ketuhanan–Nya dalam diri setiap makhluk ( bukan Dzat ).

Sekarang kita akan mencoba melanjutkan kajian tentang Hakikat Nur Muhammad dalam bentuk pemahaman lanjutan (sebelumnya perlu disampaikan bahwa, kajian ini merupakan lanjutan dari kajian sebelumnya Hakikat Nur Muhammad dan Hakikat Dzat Pada Sifat Allah), mohon tidak melanjutkan memahami kajian ini apabila belum memahami secara benar apa yang dimaks ud dengan dua kajian tersebut).

Hidup kita karena hidupnya Muhammad dalam alam batang tubuh kita, Hidupnya Muhammad dalam batang tubuh kita karena Hayat–Nya Allah Taala. Jika tidak hidup Muhammad dalam alam batang tubuh kita, maka tidak nyata Hayat–Nya Allah Taala. Bukan kita yang hidup melainkan Muhammad.

Tahu kita karena tahunya Muhammad pada hati kita, Tahunya Muhammad pada hati kita dengan Ilmu–Nya Allah Taala. Jika tidak tahu Muhammad pada hati kita, maka tidak nyata Ilmu–Nya Allah Taala. Bukan kita yang tahu melainkan Muhammad.

Kuasa kita karena kuasa Muhammad pada tulang kita, Kuasanya Muhammad pada tulang kita dengan Qudrat–Nya Allah Taala. Jika tidak kuasa Muhammad pada tulang kita, maka tidak nyata Qudrat-Nya Allah Taala. Bukan kita yang kuasa melainkan Muhammad.

Berkehendak kita karena kehendak Muhammad pada nafsu kita, Berkehendaknya Muhammad pada nafsu kita dengan Iradat–Nya Allah Taala. Jika tidak berkehendak Muhammad pada nafsu kita, maka tidak nyata Iradat–Nya Allah Taala. Bukan kita yang berkehendak melainkan Muhammad.

Mendengar kita karena pendengaran Muhammad pada telinga kita, Mendengarnya Muhammad pada telinga kita dengan Samik – Nya Allah Taala. Jika tidak mendengar Muhammad pada telinga kita, maka tidaklah nyata Samik – Nya Allah Taala. Bukan kita yang mendengar melainkan Muhammad.

Melihat kita karena penglihatan Muhammad pada mata kita, Melihatnya Muhammad pada mata kita dengan Basir–Nya Allah Taala. Jika tidak melihat Muhammad pada mata kita, maka tidaklah nyata Basir–Nya Allah Taala. Bukan kita yang melihat melainkan Muhammad.

Berkata kita karena Berkatannya Muhammad pada lidah kita, Berkatanya Muhammad pada lidah kita dengan Kalam–Nya Allah Taala. Jika tidak berkata Muhammad pada lidah kita, maka tidaklah nyata Kalam–Nya Allah Taala. Bukan kita yang berkata melainkan kata Muhammad.

Awal Muhammad adalah Nurani, menjadi nyawa atau roh dalam alam batang tubuh kita. Akhir Muhammad itu adalah Ruhani, menjadi hati dalam alam batang tubuh kita. Zahir Muhammad itu adalah Insani, menjadi rupa atau wajah dalam alam batang tubuh kita. Batin Muhammad itu adalah Rabbani, menjadi ujud dalam alam batang tubuh kita

Sedangkan anasir Nyawa atau Roh Muhammad itu dapat difahami dalam empat kedudukan yaitu :


  1. Ujud – Ujud merupakan penzahiran dari Dzat Allah jadi rahasia pada kita dan pada hakikatnya merupakan keberadaan Muhammad.
  2. Ilmu – Ilmu merupakan penzahiran dari sifat Allah menjadi Nyawa atau Roh pada kita dan pada hakikatnya merupakan Nyawa atau Roh Muhammad.
  3. Nur – Nur merupakan penzahiran dari asma Allah menjadi hati pada kita dan pada hakikatnya merupakan hati Muhammad.
  4. Syuhud – Syuhud merupakan penzahiran dari Af’aal Allah menjadi tubuh pada kita dan pada hakikatnya merupakan tubuh Muhammad.

Pemahaman tentang Ujud adalah Dzat Allah, merupakan realitas iman dan keimanan. Artinya Ujud itu Ada dan yang diadakan. Pemahamannya adalah bahwa yang ada itu Allah dan yang diadakan itu Muhammad.

Pemahaman tentang Ilmu adalah Sifat Allah, merupakan realitas nyawa atau roh, Artinya Ilmu itu mengetahui dan yang diketahui. Pemahamannya adalah bahwa yang mengetahui itu Allah dan yang diketahui itu Muhammad.

Pemahaman tentang Nur adalah Asma Allah, merupakan realitas hati, Artinya Nur itu terang dan yang diterangi. Pemahamannya adalah bahwa yang terang itu Allah dan yang diterangi itu Muhammad.

Pemahaman tentang Syuhud adalah Af’aal Allah, merupakan realitas tubuh insan, Artinya Syuhud itu memandang dan yang dipandang. Pemahamannya adalah bahwa yang memandang itu Allah dan yang dipandang itu Muhammad.

Demikian Pemahaman Tentang Hakikat Nur Muhammad, semoga bermanfaat untuk menambah wawasan dan bahan dalam diskusi di majelis masing masing dan sekalian mohon sampaikan salam hormat saya kepada para guru kita yang dimuliakan Allah dan tak lupa dan tak bosan-bosannya saya mengharapkan doa dari beliau semoga Allah selalu merahmati kami sekeluarga dengan hidayah-Nya yang tak terterhingga.

Amin. Ya, rabbal alamiin.




**Bersambung ke bagian kedua**



Penulis : Khairul Azzam El Maliky
Editor   : Hendra Gunawan



(1) Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.
(2) Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

3Komentar

  1. Alhamdulillah....
    Allah telah memperlihatkan tulisan ini kpd saya. Sangat jarang kita bisa menemukan pelajaran seperti tulisan ini, simpel dan mudah dipahami. Yg lbh penting lagi adlh bhw menurut saya isi tulisan tsb benar adanya.Bagi yg blm paham, jgn buru2 menyalahkan.Namun perlu diketahui bhw biasanya pengetahuan ini tdk dibahas di kajian syariat.
    Terima kasih yg tak terhingga kpd penulis yg telah bermurah hati berbagi ilmu kpd org lain. Semoga Allah meridhoi. Aamiin YRA. Salam, Chandra M.L.

    BalasHapus
  2. Terimakasih saya ucapkan kepada penulis,besar sekali manfaatnya bagi saya,sekali lagi terima kasih wassallam,dari solok sumatra barat

    BalasHapus

Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)