Mengenalkan Allah Kepada Anak

pengajian anak
Ketika Nabi Muhammad Saw. menginjak usia 63 tahun, maka berakhirlah masa kerasulan beliau sebab orang-orang Jazirah Arab, Makkah dan Madinah serta para penduduk negeri-negeri di luar Hijaz sudah memeluk Islam.

Saat melaksanakan Haji Wada', turunlah QS: Al–Maidah ayat 3, yang menyatakan bahwa Allah telah meridhai Islam sebagai agama umat manusia dan Allah juga mengharamkan judi, riba, dan zina yang merupakan kebiasaan orang-orang Arab Quraisy sebelum datangnya Islam.

Maka sejak itulah yang namanya segala macam kemaksiatan telah hilang bak ditelan bumi di bumi Makkah. Akan tetapi, setelah sekian 1400 tahun lamanya Nabi Muhammad Saw. meninggalkan umat Islam dengan mewariskan Al-Qur'an dan Hadits, kebiasaan (adat Jahiliyyah) itu muncul kembali.

Bila ditinjau dari bahasanya Jahiliyyah berarti bodoh. Akan tetapi yang dimaksud dengan bodoh di sini bukanlah bodoh dalam hal ilmu dan pengetahuan. Apalagi pada zaman kini, telpon yang diciptakan pertama kali oleh Graham Bell telah berinovasi menjadi Smartphone, Ipad, dan Android. Orang-orang zaman ini yang mengatakan dirinya anak zaman now, tak satupun yang bodoh dalam mengotak-atik yang namanya komputer.

Tidak sama dengan penulis yang pada tahun 2000-an, yang hanya untuk belajar komputer saja harus berdesakan dengan teman yang lain. Dan itupun komputer Pentium 1 dan 2. Belum komputer Pentium 4 yang canggih, apalagi iCore yang super canggih. Untuk menyimpan file saja harus membeli Floppy A alias disket, bukan flashdisk seperti sekarang yang bisa menyimpan ratusan file.

Kemudian jahiliyyah yang dimaksud seperti apa?. Adapun yang dimaksud dengan jahiliyyah adalah bodoh dalam hal ketidaktahuan akan diri sendiri, mengenal diri dan mengenal Allah. Atau bodoh karena tidak bisa membaca yang namanya Al-Qur'an Qadhim, yaitu Wahyu minulyo ora ditulis ning papan namun biso diwoco.

Nabi Muhammad Saw. disebut sebagai nabi yang ummy. Banyak perdebatan tentang ke-ummiy-an Nabi Muhammad Saw. Namun kenapa Nabi Muhammad dikatakan ummy, yang jelas bukan karena beliau bodoh, goblok, blo'on, atau gendheng. Nah yang disebut ummy di sini adalah karena beliau, Nabi Muhammad Saw. saat itu belum bisa membaca yang namanya Al-Qur'an Qadhim, Al-Qur'an yang tidak tertulis.

Saat kali pertama turun, surah yang diberikan oleh Jibril tidak ada tulisannya. Siapa saja di zaman sekarang tidak akan ada yang tahu atau bisa membaca yang namanya surah cinta yang tak terbaca ini. Namun siapa saja bisa membaca kalau sebuah tulisan ditulis di kertas, seperti artikel ini misalnya.

Pada saat ini anak-anak Islam banyak yang pandai membaca Al-Qur'an, hapal surah-surah Al-Qu'ran 30 juz, hapal Nadhom Matan Imrithy, hapal Nadhom Ajrumiyyah, hapal Nadhom Alfiyyah, hapal hadits Kitab Riyadhlus Sholihin, hapal Burdah, hapal syiir-syiir para ulama salaf, hapal Shorrof dan Nahwu dan sebagainya.

Tapi kenapa mereka malah masih suka mencuri, main judi, rakus, tamak, angkuh, sombong, malas, nakal, bandel, sering membolos ngaji, sering merokok, menghisap ganja, sabu-sabu dan mengkonsumsi narkoba?. Kenapa para santri yang hapal dan pandai bacaan shalat, zikir, dan tahlil serta serakalan malah mengecat rambutnya, bertindik, pakai tato, dan lain sebagainya yang sudah jelas diharamkan di dalam kitab-kitab yang mereka pelajari setiap pagi dan sore di madrasah?.

Kenapa remaja-remaja Islam terperangkap dalam pergaulan yang bebas, enggan mendirikan shalat, menjambret, dan hobi dugem di klub-klub malam?. Padahal sejak kecil mereka sudah diajari cara membaca Al-Qur'an dan tata cara shalat yang benar?

Kenapa remaja-remaja Islam terperangkap dalam pergaulan yang bebas, enggan mendirikan shalat, menjambret, dan hobi dugem di klub-klub malam?. Padahal sejak kecil mereka sudah diajari cara membaca Al-Qu'ran dan tata cara shalat yang benar?. Bahkan ada seorang santri yang sekian lama nyantri, mempelajari dan mendalami berbagai macam kitab kuning di sebuah pesantren, malah sekeluarnya dari pesantrennya menjadi penjahat dan diburu oleh polisi. Ada pula yang hidupnya tidak tenang karena tidak diakui anak oleh orang tuanya sendiri. Apakah orang tuanya kurang memerhatikan?. Apakah orang tuanya salah?. Semuanya tidak benar.

Kenapa seorang santri atau remaja enggan mendirikan shalat, malas mendirikan shalat?. Apakah karena mereka tidak takut dimasukkan ke dalam neraka dan mendapat dosa?. Mereka sudah tahu. Apakah mereka tidak tahu kalau shalat merupakan kewajiban seorang Muslim?. Mereka malah lebih tahu. Kenapa mereka mengecat rambutnta dan memotong rambutnya dengan gaya ekor kuda dan landak, dan itu bukanlah sunnah Nabi?. Mereka sudah tahu.

Kenapa seorang santri masih suka mencuri telur ayam dan ayam milik kiainya?. Apakah mereka kurang memahami agama?. Jelas tidak. Dan kenapa-kenapa yang lain, yang jawabannya tidak akan menemukan ujung pangkal akan tetap berputar-putar dalam benak kalau tidak dijawab dengan pokoknya. Lalu apa jawaban yang pas untuk menjawab itu semua.

Penulis sendiri sedari kecil sudah diajari ilmu agama. Ketika di desa dulu, penulis mempelajari tata cara membaca Al-Qur'an dan shalat pada seorang kiai langgaran. Selain mempelajari cara baca Al-Qur'an, penulis juga sekolah di salah satu madrasah ibtidaiyyah untuk mempelajari ilmu Al-Qur'an Hadits, Akidah, Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

Setelah lulus dari MI, penulis melanjutkan ke MTs milik sebuah pesantren. Di sana penulis belajar langsung dari pengasuh pesantren yang mengajar ilmu Fiqih. Lalu, dari MTs,penulis melanjutkan ke Madrasah Aliyyah milik pesantren. Kemudian penulis pindah ke Malang dan melanjutkan sekolah di sana.

Lalu apa yang didapatkan oleh penulis selama mempelajari ilmu agama itu?. Apakah penulis menjadi orang yang berjiwa lembut?. Apakah penulis lantas menjadi orang yang mulia?. Dan selama mempelajari kitab kuning, apa yang penulis temukan?. Apakah penulis bertemu dengan Allah?. Apakah penulis menemukan jati dirinya. Sama sekali tidak!.

Yang penulis dapatkan hanyalah keegoisan, kesombongan, keangkuhan, dan merasa dirinya hebat. Menghukumi orang yang berbuat maksiat, menghukumi perempuan yang mengumbar aurat, dan menghukumi orang-orang yang tidak mendirikan shalat. Dan yang penulis temukan adalah kesia-siaan di dalam beribadah. Shalat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lain percuma. Memangnya selama ini yang penulis sembah siapa?. Memangnya penulis shalat kepada siapa?. Memangnya penulis berpuasa untuk siapa?. Allah?. Tidak.

Penulis dengan mudah memusuhi orang lain, membenci orang lain, memperolok-olok orang lain, menghina orang lain, dan emosi pada orang lain yang tidak menjalankan syariat Islam dan memahami ajaran Islam dengan baik dan benar. Melihat sekelompok orang yang meminum arak saja penulis sudah benci. Menemukan sekelompok remaja yang tidak shalat saja penulis langsung menjauh. Melihat perempuan yang memakai pakaian yang mengundang nafsu saja penulis langsung mau muntah dan mengucapkan Istighfar. Betapa bodohnya penulis saat itu.

Ya. Penulis memang benar-benar jahiliyyah. Bukankah membenci orang lain, memusuhi orang lain, menghina orang lain, dan memperolok-olok orang lain sama saja dengan membenci Allah?. Jangankan membenci sesama manusia, membenci semut saja sama saja dengan membenci Allah. Membunuh seekor semutpun sama saja dengan menyakiti Allah,apalagi membunuh nyawa seorang manusia?.

Jadi, kenapa remaja zaman sekarang mengkonsumsi yang namanya narkoba, main judi, mengecat rambutnya, menindik telinganya, malas mendirikan shalat, malas melaksanakan puasa, dan lain sebagainya, jawabannya hanya satu: karena orang tua mereka tidak mengenalkan mereka (ruh) dengan Tuhannya (asal Ruh). Sebab mengenal Allah merupakan awal dari seseorang beragama.

Jadi, dengan banyaknya golongan dalam Islam, seperti Jamaah Tabligh, MTA, LDII, Muhammadiyah, Gafatar, NU dan sebagainya tidak lain adalah untuk mencari kebenaran. Untuk mencari Allah. Untuk mencari jati diri yang sebenarnya. Dan Islam hanyalah satu. Yang disembah juga satu. Yang dijunjung hanya satu. Coba pikirkan, apa agamanya orang Jamaah Tabligh, NU, Muhammadiyah, dan Syiah?. Islam!. Tuhannya?. Allah Swt!. Nabinya?. Muhammad Saw!. Imamnya?. Al-Quran!. Jadi, tidak ada yang perlu dihukumi, tidak ada yang perlu diperdebatkan, dan tidak ada yang perlu disalahkan. Apalagi saling mengkafir-kafirkan sesamanya.

Betapa pentingnya mengenalkan Allah pada anak, sehingga mereka tidak terjerumus ke dalam kenakalan remaja, kecanduan narkoba, judi, zina, dan kemaksiatan lainnya

Nah, jika seorang anak dikenalkan dengan Tuhannya maka mereka tidak ada yang namanya kecanduan narkoba, judi, zina, dan kemaksiatan lainnya. Jika seorang anak dikenalkan dengan Tuhannya, maka mereka tidak akan malas untuk mendirikan shalat, melaksanakan puasa Ramadhan dan puasa sunnah lainnya, dan mengaji Al-Qur'an.

Kalau seorang anak dikenalkan dengan Tuhannya, dan mereka tahu siapa jati dirinya, kalau di dalam dirinya ada Nur dan Ruh Allah, maka mereka tidak akan mungkin mengecat rambutnya warna-warni, memotong rambutnya mirip ekor kuda atau landak, menindik telinganya, dan mentato kulitnya.

Dunia akan kembali ke asalnya, yaitu alam kesunyian. Jika manusia telah mengenal Tuhan dan dirinya maka tidak akan ada yang namanya keramaian seperti buku, kitab, film, musik, dan sebagainya. Jika manusia telah mengenal jati diri dan Tuhannya, maka tidak akan ada artikel ini. Penulis akan diam.

Jika manusia telah mengenal diri dan Tuhannya, maka para polisi tidak perlu capek main kucing-kucingan dengan para penjahat dan buronan. Jika manusia telah mengenal diri dan Tuhannya, maka yang ada hanyalah Allah, Allah dan Allah. Jika manusia telah mengenal diri dan Tuhannya, maka tidak akan namanya ISIS, FPI, Muhammadiyyah, NU, Jamaah Tabligh, Syiah, LDII dan MTA. Semuanya bercampur dalam kebhinekaan tunggal ika, yaitu kembali ke asal ruhnya, Allah.

Jika manusia telah mengenal diri dan Tuhannya, maka dalam menjalankan ibadah tidak akan ada yang namanya pahala, surga, dosa, dan neraka sebab yang ada hanyalah Allah. Semuanya Allah. Jika manusia telah mengenal diri dan Tuhannya, maka tidak akan ada yang namanya majelis taklim, majelis ilmu, majelis shalawat, dan majelis-majelis yang lain sebab yang ada hanyalah Allah. Allah. Allah.

Dan jika manusia sudah mengenal Allah, maka yang namanya Keduniaan sirna sebab yang ada hanyalah Allah. Kejar-kejaran kursi kekuasaan, kejar-kejaran kepemimpinan, kejar-kejaran harta, memperbanyak sawah, memperbanyak uang, dan berlomba-lomba dalam kemewahan bakal tidak ada, sebab yang ada hanyalah Allah. Betapa indah dunia bila manusia menemukan dan mengenal diri dan Tuhannya.

Dan betapa pentingnya mengenalkan Allah pada anak, sehingga mereka tidak terjerumus ke dalam kenakalan remaja yang menjadi perhatian serius semua pihak, baik pemerintah maupun ulama. Jika anak kita kenalkan dengan diri dan Allah, maka kita tidak perlu repot-repot mengajarkan ilmu agama pada anak di pesantren sebab yang didapat ditemukan bukanlah Allah melainkan ke-Akuan. Dan jika sudah mengenal Allah, maka tidak akan ada yang namanya kebodohan sebab ilmu adalah milik Allah. Allah-lah yang mengajarkan manusia melalui perantaraan kalam-kalam-Nya.


***


Penulis   : Khairul Azzam El Maliky
Editor     : Hendra Gunawan
Sumber  : Kitab Teberubut, Kitab Barencong

fotoKhairul Azzam El Maliky : Penulis adalah Novelis. Pernah menempuh dan menyelesaikan pendidikannya di Kota Malang dan Pekanbaru. Kini selain sibuk merampungkan novelnya, penulis mengajar Mapel Akidah Akhlak di MTs.Raudlatul Muta’allimien, Probolinggo. Penulis adalah kontributor tetap untuk blog ini. Khairul Azaam dapat dihubungi via emai di bahterawrittingschool@yahoo.co.id, serta akun Facebooknya : disini

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

2Komentar

  1. Sekilas seperti mengajarkan Islam tp ternyata hanyala kamuflase ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya

      Hapus

Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)