Bahaya Laten Kaum Sumbu Pendek

demo anarkis fpi
Sumbu pendek bisa digambarkan lilin, bisa digambarkan petasan, juga bisa digambarkan sebagai bom fosfor yang berbahaya bagi kulit, alias bisa membuat kulit melepuh. Bahkan karena sebutir bom, apabila meledak, satu kota pun hancur menjadi puing-puing.

Juga bisa bermakna  pikiran kaum Muslimin yang dangkal dalam memahami sebuah sebuah pemahaman baik Qur'an maupun Hadits.

Tapi itu hanyalah sebuah perumpamaan. Yang penulis maksud di sini bukanlah sumbu pendek di atas, melainkan emosi, amarah, jengkel, kesal, benci dan sifat marah yang bercokol di dalam lathifah nafsi manusia.

Masih ingatkah ketika salah seorang komikus asal Jerman menggambar karikatur wajah Nabi Muhammad Saw ?.  Yang kemudian hasil karyanya dimuat oleh salah satu majalah terkenal di Jerman, dan dalam seketika kaum Muslimin sedunia terutama yang ada di Indonesia yang notabene Islamnya mayoritas langsung mengutuk si komikus. Mereka rela mengadakan demo besar-besaran agar pihak kepolisian dan Duta Besar Jerman untuk Indonesia menangkap si komikus. Tapi apa hasilnya ?. Kaum Muslimin bagaikan anjing menggonggong setelah itu berlalu ditelan angin. Bagai kentut. baunya sebentar, setelah itu lenyap ditelan angin.

Memang salahkah bila si komikus menggambar wajah Nabi Muhammad Saw ?. Salahkah si komikus menggambar karikatur Nabi Muhammad ketika menculik Aisyah yang dinikahi beliau ketika berusia 9 tahun ?. Lalu apakah Kaum Muslimin tahu manakah Nabi Muhammad yang asli betul-betul Ahmadun ?.

Bukankah di dalam Al-Quran Nabi Isa mengabarkan bahwa akan ada datang Nabi setelah beliau yang namanya Ahmad. Sama tidak Ahmad dan Muhammad ?. Bisakah tidak membedakan antara Ahmad dan Muhammad ?. Dan betulkah Nabi Muhammad yang sebenarnya adalah Muhammad yang selama ini diceritakan berasal dari Arab, sehingga kaum Muslimin rela menyembah dan menjadi tameng para dajjal bersorban, yang mengklaim sebagai keturunan Nabi ?. Dan menganggap mereka sebagai orang suci dan keramat di atas muka bumi layaknya Tuhan ?.

Setelah beberapa tahun lamanya karikatur wajah Nabi Muhammad digambarkan persis gambar tokoh Sufi yang terkenal dengan nama Abu Nawas (nama aslinya bukan Abu Nawas, dan Abu Nawas bukanlah tokoh pelawak melainkan seorang guru hikmah atau guru makrifatullah) tidak ada gaungnya, dan gonggongan anjing-anjing lembaga keagamaan Islam di Indonesia telah reda, terbit lagi sebuah gambar Nabi Muhammad yang digambarkan sebagai sosok babi persis muka karakter Pat Kay dalam sebuah film produksi China.

Dan seketika para serigala yang selama ini disibukkan dengan keterangan Ahok yang menista Al-Quran mengaum lagi bagai anjing kelaparan. Mereka mengutuk lagi. Mengumpat lagi. Jadi ibadah mereka dihalang-halangi dengan mengurus sesuatu yang hanya pepesan kosong.

Waktu berharga yang seharusnya diisi dengan bertafakkur dan berzikir kepada Allah, mereka gunakan untuk berdemo yang samasekali tidak ada gunanya bahkan menghambur-hamburkan waktu, tenaga dan uang. Padahal Allah sangat mengutuk manusia yang menghambur-hamburkan waktu. Inilah orang munafik yang tahu isi Surah Al 'Ashr dan pandai membacanya justru melanggarnya sendiri.


وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣


"Demi masa ! .Sungguh manusia berada dalam sebuah kerugian yang besar. Kecuali hamba-hambaKu yang beriman,yaitu (orang-orang) yang mengerjakan amal shaleh, dan  mengerjakan yang Haq, dan menjalani kesabaran". (QS. Al 'Ashr:1-3)

Demi Masa !. Demi waktu. Allah memerintahkan kita agar menghargai waktu. Tujuan khalifah di atas muka bumi ini untuk apa ?.

Untuk taat, mengenal diri dan mengenal Allah.

Bukan untuk sibuk mengadakan demo, mengkafir-kafirkan orang, mengutuk orang, mengumpat orang, menilai hati orang lain. Bukan untuk main judi, bukan untuk minum khamer, bukan untuk membangun rumah yang besar, bukan untuk menceramahi orang dengan menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sangat murah.

Bukan untuk berkhutbah di masjid-masjid namun belum mengenal diri dan mengenal Allah, bukan untuk membuat novel, bukan untuk mendapatkan gelar sarjana namun gobloknya minta ampun, bukan untuk mengejar harta, takhta, dunia, wanita, bukan untuk tidur-tiduran, berleha-leha atau sebaliknya, menyibukkan diri dalam bekerja.

Bukan untuk melakukan demo-demo di Bundaran HI, Jakarta yang samasekali tidak ada manfaatnya. Justru membuat senang hawa nafsu lantaran kita kalah dalam memeranginya, melepaskannya. Bukan untuk memerangi orang Nasrani atau Yahudi yang kata para Kyai dan Habaib adalah musuh Islam. Memerangi mereka tanpa hak dan alasan yang dibenarkan adalah kedzaliman. Karena tidak semua Yahudi dan Nasrani itu kurang ajar.

Musuh kita yang nyata namun tidak terlihat ada di dalam diri kita sendiri.  Bukan ada di Jerman, Israel, Irak, Rusia atau negara-negara lainnya. Manusia telah diadu domba sesama manusia oleh para dajjal bersorban yang rajin mengumbar tausiah-tausiah syaitani.

Dan umat yang pikirannya bak sumbu pendek akhirnya meledak amarahnya, kemudian timbul dari dalam hatinya rasa marah, jengkel, benci, emosi, dan tidak suka terhadap sesama manusia yang lantas dijadikan kambing hitam. Apakah shalatnya sah bila hawa nafsu dibiarkan bercokol di dalam hati ?. Apakah jiwa akan menyatu dengan Allah bila penyakit-penyakit hitam itu tidak segera dibuang ke tong sampah ? Apakah sampah-sampah itu dibiarkan sampai membusuk dan menjadi belatung?. Lalu kapan kita akan menyampai kesempurnaan sebagai manusia ?. Hah, kesempurnaan hanyalah milik Allah. Allahu Akbar.

Penulis heran dengan para kiai dan habaib majnun yang selama ini membodoh-bodohi dan menyesatkan umat. Mereka samasekali tidak pernah menerangkan tentang Hakikat manusia dan Hakikat Ruh dan Hakikat Tuhan dan Hakikat Muhammad. Apa memang disengaja tidak diberitahu atau memang tidak tahu ilmunya?. Lantas kalau begitu, kok bisa-bisanya mereka disebut dengan panggilan Pak Kiai, Habib, Ustadz ?.

Umat bahkan sangat menghormatinya dengan mencium tangannya dengan penuh takzim bahkan rela memakan makanan sisa Kiai dan Habaib dengan dalih mengharapkan barakah mereka. Guoblok !. Mungkin ludahnya mereka minum juga. Ini samasaja mengultuskan Kiai dan Habaib. Menyamakan Kiai dan Habaib dengan Tuhan, seakan-akan mereka memang perwujudan Tuhan. Seharusnya Kiai dan Habaib (alim ulama) itu arif dan bijaksana. Bukan malah sebaliknya.

"Sungguh manusia berada dalam kerugian", - Apakah kita tidak rugi sembahyang bertahun-tahun namun tidak paham apa itu shalat. Kita menghadap Ka’bah ataukah Allah ?. Kok, arah kiblat sampai jadi bahan berdebat hingga saling menyalahkan hingga bahkan saling mengkafirkan. Terumata di kalangan massa lembaga Islam di Indonesia.

Lalu yang patut disalahkan siapa ?. Apakah Kiai dan Habibnya yang tidak pernah menjelaskan makna yang terkandung di dalam Takbiratul ihram hingga duduk attahiyat terakhir ?.  Apakah kaum Muslimin hanya disibukkan dengan berperang argumentasi gara-gara Qs.Al-Maidah ayat 51 yang dilontarkan oleh Ahok ?. Apakah seorang ulama tugasnya adalah memimpin dan menggiring umat jauh dari agamanya ?. Dan apakah memang seperti itu akhlak seorang ulama yang merupakan panutan umat, jauh dari akhlak nabi ?. Apakah seorang ulama tidak bisa melepas hawa nafsunya sendiri ?.

Jika memang ada ulama yang memang ingin menjauhkan umat dari mengingat dan taat Allah, sungguh mereka betul-betul dajjal bersorban !. Dajjal berjanggut.

"Kecuali hamba-hambaKu yang beriman,yaitu (orang-orang) yang mengerjakan amal shaleh, dan mengerjakan yang Haq dan menjalani kesabaran"

Maksud ayat ini kita itu diperintahkan agar Arrahmanirrahim kepada siapapun bahkan kepada seekor semutpun. Kita juga diperihtahkan agar belajar ilmu Haqeqat tentang Diri, Tuhan, Muhammad dan Ruh, agar bisa membedakan mana Diri kita dan mana hawa nafsu kita, sehingga jika kita sudah bisa membedakannya kita bisa bersikap sabar, toleran, santun, kasih sayang, dan selalu bersikap positif sebagaimana akhlak Baginda Nabi Muhammad Saw.

Sungguh indah apabila Islam itu bisa mengayomi umat lain bahkan hewan sekecil semutpun. Tapi, bila yang membawa Islam seperti monster, bersumbu pendek, jangankan manusia akan mendekat, kucingpun takut. Maka dari itu, kita jangan mudah bersumbu pendek, ketika Ahok menjelaskan Surah Al-Maidah ayat 51. Kita jangan mudah mau digiring untuk melakukan hal-hal yang samasekali tidak berguna dengan menjadi kacung-kacung MUI dan ormas-ormas radikal terutama FPI yang hendak mengadu domba sesama Ruh Tuhan.

Sebab menyakiti Ahok samasaja menyakiti Allah. Membenci Ahok samasaja membenci Allah. Sebab  Ahok adalah sebagian Ruh Allah. Bukan Kiai bukan pula Habaib yang patut kita segani dan yang kita ikuti apabila kerjaan mereka adalah menanamkan kebencian terhadap sesama makhluk Allah. 

Sebab Kiai-Kiai di zaman kini akhlaknya jauh dari akhlak Nabi Muhammad.  Mereka hanya meniru simbol-simbol Arab. Bukan cara hidup Rasulullah yang miskin, pakaian Rasulullah yang tambalan, dan akhlak Rasulullah yang santun dan toleran kepada umat lain.

Kehadiran Ahok merupakan cara Allah menyindir para pemimpin Islam yang pandai membaca dan menghafal Al-Quran, namun tidak pandai mengamalkan isinya lantaran jika mereka mengamalkan isinya secara kaffah, otomatis mereka tidak akan bisa kaya dengan cara korupsi. 

Kasus Ahok merupakan satu contoh dimana akal sehat dan keimanan yang hakiki digadaikan kepada hawa nafsu. Karena bagaimana mungkin seorang Ahok yang memang pemimpin non muslim dan terbukti paling gencar menghabisi para koruptor justru dimusuhi oleh kelompok-kelompok bertopengkan agama. Sedangkan terhadap koruptor-koruptor yang note bene beragama Islam, orang-orang yang sama (yang memusuhi Ahok habis-habisan) justru "tenang-tenang saza, bah !".

Dari sini saja sudah dapat kita duga kasus Ahok sebenarnya cuma urusan "dapur" yang tidak ngebul lagi, karena kran "jatah preman" mereka ditutup Ahok. Agama hanya topeng untuk memuluskan tujuan mereka !.

Mulai dari sekarang, marilah kita berubah dalam cara berpikir dan berpandang terhadap sesuatu. Berpandanganlah secara luas. Memahami ayat Al-Quran bukan hanya sekali atau memakannya mentah-mentah. Jangan menjadikan Al-Quran untuk menggempur manusia. Namun bila kaum Muslimin masih bersumbu pendek, berpikir dangkal maka tidak akan lama lagi Islam akan hancur dengan sendirinya.

Bukan karena diserang oleh umat lain, bukan oleh tentara syaithan, bukan pula oleh bangsa Yahudi atau Amerika atau China, melainkan oleh hawa nafsunya sendiri. Sebab mereka tidak mampu dalam jihadun-nafsi, berperang melawan hawa nafsu.

Musuh kita bukan Ahok, bukan Donald Trump, bukan pula Benyamin Netanyahu melainkan Hawa Nafsu. Jadi, tunggulah kehancuran sendiri. Ibarat menunggu sumbu bom terbakar lalu meledak menjadi berkeping-keping.

Syeikh Al-Hajj Muhammad Ali, pernah memberikan tausiyah : "Islam tertutup bagi orang Islam itu sendiri".

Maksudnya, Islam semakin jauh dari orang Islam itu sendiri, karena dipahami secara dangkal alias sumbu pendek. Tapi semuanya kita kembalikan kepada Allah, sebab kebenaran hanyalah milikNya.Tugas kita hanyalah Taat.


***



Rasulullah Saw.bersabda, "Bahwa Islam terlahir dalam keadaan terasing, dan akan kembali dalam keadaan terasing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu, karena sesungguhnya merekalah yang merapikan sesuatu yang salah".

Penulis : Khairul Azzam Elmaliky.Gz
Editor  : Hendra Gunawan


fotoKhairul Azzam Elmaliky.Gz (30) lahir di sebuah desa bernama Kanigaran, Probolinggo, Jawa Timur. Pernah menyantri di Pesantren As-Salafiyyah Riyadlus Sholihin, Ketapang Kota Probolinggo-Jawa Timur. Kini ia fokus menyusun skenario untuk FTv bertema religius untuk PH Sinema Art Azzam adalah kontributor tetap untuk blog ini. Khairul Azaam dapat dihubungi via emai di bahterawrittingschool@yahoo.co.id, serta akun Facebooknya : disini

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar