Isra' Mi'raj Yang Terdistorsi

sholat di alam terbuka
Membicarakan masalah Tasawwuf terkadang membuat kita berpkiran bahwa ia adalah suatu paham yang menyesatkan dan bagi yang tidak kuat menerimanya bisa membuat seseorang kehilangan kewarasan.

Ada anggapan umum yang sering kita dengar, bahwa dengan Tasawwuf jiwa akan meluncur ke awang-awang ketika kita merasakan nikmatnya Shalat, sebagaimana Isra’ Mikrajnya Nabi yang terkesan seperti film-film Fiksi Ilmiah. Padahal paham Tasawwuf tidaklah demikian.

Tasawwuf merupakan suatu pemahaman yang membawa kita untuk mengenal diri dan mengenal Tuhan. Namun bukanlah seperti yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar yang menjabarkan tentang pemahaman Manunggaling Kawulo Gusti. Tidak seperti itu. Tasawwuf yang dimaksud dalam artikel ini merupakan pembantahan terhadap ajaran yang dibawa oleh Syekh Siti Jenar.

Yang dimaksud dengan penyatuan antara hamba dan Tuhan bukanlah Manunggaling Kawulo Gusti. Tapi yang dimaksud atau yang benar adalah Padunoning Kawulo Gusti. Lebih jelasnya adalah penyatuan Ruh hamba dan Ruah asalnya, yaitu Allah. Bukan sifat hamba atau Ruh Hamba menjadi Tuhan. Bukan samasekali.

Dan paham Tasawwuf yang benar adalah Tasawwuf yang dibawa oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim kemudian dilanjutkan oleh Sunan Mbonang, Sunan Giri dan Sunan Kalijaga dan dijaga kemurniannya oleh Sunan Giri ing Prapen yang tidak lain adalah Putra Sunan Giri sendiri yang pengaruh ajaran Islamnya sampai ke Kalimantan dan Lombok.

Jadi tidak heran jika di Lombok ada pemegang ilmu Haq yang garis silsilahnya sampai kepada Rasulullah Saw. Diantaranya Sayyidina Al-Hajj Mas’ud Kupang Ra, Sayyidina Mami’ Ayyidar( Al-Hajj Siirul Bayan) Padamaran Ra,Sayyidina Abu Layyi (Al-Hajj Ahmad Abdur-Ra’uf) Padamaran Ra,Sayyidina Guru Mahyuddin (Al-Hajj Ja’far Shodiq) Landang Batah Ra, dan terakhir Sayyidina Guru Muhammad Nur Timbanuh Ra, yang merupakan pemegang ilmu Haq ke 36. Dan kini masih dilanjutkan oleh murid beliau yang namanya dirahasiakan.

Nah dalam artikel ini penulis akan menjelaskan tentang apa Tasawwuf dan menguak kebohongan kisah Isra’ Mikraj yang didistorsi oleh para Kiai Majnun yang menjadi sapi perahnya penguasa negeri ini.

Pertama-tama tentang Tassawuf

Tasawwuf sumbernya ada 3 macam :

  1. Tasawwuf indal akhlaq wal adab
  2. Tasawwuf indal Fuqaha
  3. Tasawwuf indal ahlil Ma’rifat

Tasawwuf indal akhlaq wal adab bisa kita terapkan sedini mungkin untuk anak-anak kita. Misalnya makan dengan tangan kanan, masuk kamar mandi dengan kaki kiri, keluar kaki kanan. Ini Tasawwuf akhlak wal adab. Karena sumber Tasawwufnya adalah min akhlaq wal adab, dari budi pekerti dan tatakrama.

Tasawwuf indal fuqaha adalah bagaimana fiqih (syareat) ini tidak berhenti hanya secara fiqhiah belaka. Contoh orang kalau sudah mengambil air wudhu mau shalat, setelah dipakai shalat wudhunya kemana ?. Selesai, kan ?!. Nah, orang Tasawwuf tidak begitu.

Tasawwuf indal fuqaha menuntut sejauh mana Anda membawa wudhu ini terlepas daripada kefardhuan yang sudah Anda laksanakan. Apakah Anda wudhu didalam shalat hanya terikat oleh syarat-syarat atau hukum-hukum syari’at. Anda dituntut oleh ulama Tasawwuf agar wudhumu bisa mewudhui bathiniah Anda atau tidak. Dan seterusnya, dan seterusnya. Itulah hebatnya ilmu Tasawwuf.

Kemudian yang terakhir, Tasawwuf  indal ahlil ma’rifat

Disinilah banyak orang yang terjebak.

Dalam dunia Tasawwuf, dalam ilmu ma’rifat mereka yang perbendaharaannya belum mumpuni, belum mencukupi seringkali terjebak. Akhirnya dia memunculkan analis-analis, seolah-olah Tasawwuf berbau Budha, Tasawwuf berbau Hindu. Karena apa? Mereka tidak tahu.

Ilmu ma’rifatnya saja mereka tidak mengerti, apa sebetulnya ma’rifat itu.

Dari kekosongan itu, mereka belajar menganalisa Tasawwufnya orang-orang yang sudah ahli Marifat, tinggi sekali, dengan bahasanya yang luar biasa. Bagaimana mungkin ?. Wong, dalam Tasawwuf fuqaha saja mereka sudah tidak bisa memahami.

Contohnya ketika Imam Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al Ghazali menjawab dunia filsafat, menjawab dunia Tauhid aliran ilmu kalam yang pada waktu itu berkembang macam-macam faham. Dijawab dengan Tasawwuf fuqaha, yaitu dengan munculnya 'Ihya Ulumiddin'.

Mengapa dalam kitab Ihya ulumiddin banyak memuat hadits–hadits maudhu’ maupun hadits dhaif ?. Kenapa pendapatnya ahli filsafat tidak dijawab oleh Imam Al Ghazali dengan hadits shahih atau hasan saja ?. Seakan beliau hendak menyatakan bahwa masih lebih baik berhujjah kepada hadits maudhu’ daripada pendapat-pendapat kaum filasafat. Ini masih tepat, karena apa ?. Walaupun hadits maudhu, tapi yang menggunakannya adalah orang-orang yang mengerti ma’rifat kepada Allah. Makanya digunakan oleh Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali.

Kedua, tentang Shalat dalam tinjauan ilmu Tasawwuf

Menurut ilmu Tasawwuf, maka apabila orang itu shalat walau dengan memenuhi semua syarat dan rukunnya tapi dia makan barang haram, melakukan segala perbuatan tercela, seperti sombong zina, membunuh, membicarakan kejelekan orang, mengadu domba, melakukan riba, minum arak, dan perbuatan dosa yang lain maka shalatnya tidak sah, dalam artian tidak menerima pahala, atau makin shalat makin menjadi-jadi dosanya.

123




fotoSuci Choirunnisa El Maliky. Adalah alumni STIKES Hafshawaty Ponpes Zainul Hasan Genggong, Pajarakan, Karangbong, Pajarakan, Probolinggo, Jawa Timur. Ia adalah penulis dan Editor di Bahtera School Writing.  Ia juga kontributor tetap untuk Blog ini. Suci dapat dihubungi via email di bahterawrittingschool@yahoo.co.id,

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

2Komentar

  1. mengenai penjelasan isro mi'raj ada reperensi nya..klo ada boleh kirim lewat email kang

    BalasHapus
  2. Silahkan hubungi alamat email pada author box diatas.

    BalasHapus

Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)