Mewaspadai Bangkitnya PKI

pendiri komunisme
Belakangan ini banyak timbul usaha-usaha dari manusia-manusia yang belum mengenal dirinya, yang tidak mau mengenal Tuhannya untuk menjauhkan kaum muslimin dari upaya untuk meraih kejayaan di tanah air tercinta, Indonesia ini.

Ironisnya usaha mereka sepertinya akan berjalan mulus akibat dari kelemahan kaum muslimin sendiri yang lebih sibuk dengan prestasi-prestasi duniawi, shalawatan, pemujaan terhadap simbol-simbol keagamaan, seperti sorban, gamis, jenggot, dll. Sebaliknya malah lalai terhadap ibadah yang haqiqi. yaitu mengenal Tuhan dan mengenal Diri.

Ada sebuah sajak indah yang ditulis oleh Syekh Muhammad Ahmad Al-Rasyid dalam kitabnya, Nihwal Ma’ali:


Kuatkan ikatan tekad
Angkat tinggi-tinggi bendera harapan
Berjalanlah menuju Allah
Dengan sungguh-sungguh, tanpa lelah
Jika rasa lemah menyerangmu
Isi jiwamu dengan kekuatan Al-Quran
Libas nafsumu, jangan beri ampun
Karena nafsu selalu mengajakmu
Menuju kebinasaan


Sajak pendek itu seakan memberi penulis harapan dan kekuatan untuk terus berperang melawan hawa nafsu agar terus berjalan di lautan kehinaan. Lautan kehinaan dalam mencari permata yang tersembunyi di dalam cangkang kerang makrifat. Sehingga penulis mampu mengenal siapa hakikat dirinya, hakikat ruh, hakikat manusia dan mengenal Tuhan. Sebab dengan mengenal Tuhan, penulis bisa kembali kepada fitrahnya sebagai manusia.

Artikel ini disusun untuk mencoba menanggapi Trending Topik yang tengah menghangat dikalangan kaum Muslimin Indonesia saat ini. Benarkah PKI masih eksis?. Benarkah PKI kini sedang menyusun kekuatan untuk bangkit dan membalas dendam atas kekalahan yang dialami mereka pada masa lampau?.

Mungkin ada yang bertanya-tanya PKI atau ideologi Komunis itu berasal dari mana?, siapa pendirinya?, apa intisari ajaranya? dan berapa jenisnya?. Akan penulis coba jelaskan satu demi satu dan mohon maaf bila ada kesalahan atau perbedaan versi.


Tentang Adanya Tuhan


Seorang pakar fisika dan biologi, Frank Alan, membuktikan bahwa alam semesta ada Penciptanya. Ia mengatakan, "Seringkali dikatakan bahwa alam material tidak memerlukan Pencipta. Akan tetapi, jika kita menerima anggapan yang menyatakan bahwa 'alam ada, bagaimana kita menjelaskan awal keberadaannya dan perkembangannya?". Ada empat kemungkinan untuk menjawab pertanyaan ini.

Pertama, mungkin alam ini hanyalah imajinasi belaka. Ini jelas bertentangan dengan pendapat yang bisa kita terima bahwa "alam ini sungguh-sungguh ada". Kedua, mungkin alam ini terjadi dengan sendirinya begitu saja dari tiada. Ketiga,mungkin ia eternal. Keempat,mungkin alam ada yang menciptakan.

Mengenai kemungkinan pertama, problemnya hanyalah menyangkut kesesuaian antara penginderaan dan imajinasi. Artinya, penginderaan dan pengetahuan kita terhadap alam tidak mendukung jika dikatakan, bahwa alam ini hanya sekadar bayang-bayang, tidak nyata. Jadi pendapat yang mengatakan, alam ini tidak mempunyai wujud nyata dan semata-mata ada dalam imajinasi belaka,tidak perlu didiskusikan.

Pendapat yang menyatakan, bahwa alam dengan segala materi dan potensi yang dikandungnya terjadi dengan sendirinya dari ketiadaan, ternyata sama saja dengan pendapat yang pertama, absurd. Ini juga tidak perlu ditanggapi, apalagi didiskusikan.

Pendapat ketiga yang menyatakan, bahwa alam adalah eternal tak bermula, ternyata mirip dengan pendapat yang mengatakan, alam ada yang menciptakan. Kemiripannya tersebut terletak pada sifat eternalitasnya. Kita harus memilih antara melekatkan sifat eternal kepada alam yang mati atau kepada Tuhan Yang Maha Hidup dan Menciptakan. Tidak ada kesulitan teoretis untuk memilih satu dari dua kemungkinan ini.

Hukum-hukum termodinamika membuktikan, daya panas energi-energi alam secara perlahan akan hilang, dan secara pasti berjalan sampai pada suatu kondisi di mana benda-benda di alam ini berada di bawah titik panas yang amat rendah, yaitu nol mutlak. Pada waktu itulah, energi tidak akan ada dan kehidupan menjadi mustahil. Dan, ketika kondisi ini terjadi, tidak bisa dihindari bahwa energi menjadi musnah.

Matahari yang menyala, bintang-bintang yang bercahaya, dan bumi yang penuh dengan pelbagai kehidupan, masing-masing menjadi bukti yang nyata bahwa alam bersifat temporal dan dimulai dari detik tertentu. Jadi, alam memang diciptakan, dan Penciptanya adalah Dzat Yang Eternal, Yang Wajib Adanya, Tak Bermula, Maha Mengetahui, lagi Maha Kuasa.

Pemikir yang benar-benar berpijak pada teori ilmiah ilmu pengetahuan tidak akan mengingkari adanya Tuhan. Manusia modern sangat memerlukan Tuhan, sama dengan manusia kuno memerlukan Tuhan. Para filsuf modern yang cemerlang memberikan bukti-bukti dan dalil-dalil filosofis bahwa Tuhan itu ada. Contohnya Rene Descartes, Braise Pascal, dan Immanuel Kant. Mereka semua meyakini Tuhan itu ada.

Rene Descartes misalnya, perkataannya yang paling terkenal adalah: "Jepense donc jesuis" atau, "Cogito ergosum!" (I think hence I am!). Artinya: "Aku berpikir maka aku ada!". Perkataannya itu, merupakan titik awal pembuktiannya bahwa Tuhan itu ada. Setelah mengatakan, aku berpikir maka aku ada, dia lantas berkata: "Aku ini ada". Maka siapakah yang mengadakan aku dan menciptakan aku?. Aku tidak mungkin menciptakan diriku sendiri. Oleh karena itu haruslah ada Dzat yang menjadikan aku. Dan Dzat yang menjadikan itu haruslah Dzat yang 'Wajib Wujud'. Yaitu Dzat yang pasti adanya.

Dzat yang tidak mungkin tidak ada. Dzat yang ada dengan sendirinya, dan tidak membutuhkan Dzat lain untuk mengadakan-Nya, atau yang memelihara wujud-Nya. Dzat itu juga harus selamanya ada, tidak berkesudahan. Dan Dia harus pula memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Sungguh indah cara Rene Descartes membuktikan adanya Tuhan!.

Kemudian ada Braise Pascal, kecerdasannya mengantarkan pada kesimpulan bahwa Tuhan itu ada. Ia mengatakan:

"Pengetahuan kita tentang Tuhan termasuk salah satu pengetahuan pertama, yang tidak memerlukan perdebatan dalil-dalil pikiran. Karena aku bisa tidak ada, kalau ibuku meninggal dunia terlebih dahulu sebelum aku dilahirkan hidup. Jadi, aku bukan dzat yang wajib wujud, dan aku bukan selamanya ada. Aku bukan tidak berkesudahan. Karena itu harus ada dzat yang wajib wujud, yang ada selamanya, dan yang tidak berkesudahan, di mana wujudku bersandar kepadanya. Yaitu Tuhan. Yang kita ketahui wujud-Nya dengan pengetahuan pertama, tanpa merepotkan diri dalam perdebatan bukti-bukti alam pikiran!".

Pengetahuan pertama yang dimaksud Pascal adalah fitrah murni dalam diri manusia. Yaitu pikiran-pikiran fitri yang terdapat dalam akal manusia yang dapat dilihat dengan jelas dan terang benderang tanpa membutuhkan pembuktian. Ialah pikiran yang secara otomatis dapat membedakan baik dan buruk, gelap dan terang,kebenaran dan kebatilan.

Sedangkan Immanuel Kant, setelah membeberkan teorinya yang panjang, dia menyimpulkan bahwa, kebenaran adanya Tuhan adalah kebenaran postulat. Yaitu kebenaran tertinggi dalam tingkatan kebenaran. Kebenaran mutlak. Kebenaran yang tak terbantahkan. Kebenaran yang berada di luar jangkauan indera, akal dan ilmu pengetahuan. Itulah yang disebut postulat, yaitu dalil teoretis yang berada di luar jangkauan pembuktian teoretis, yang oleh karenanya dapat disebut dalil kepercayaan!.
god is dead

Tuhan Maha Hidup


Di dunia ini, Tuhan menyayangi ciptaan-Nya yang terhebat, manusia, secara Adil, tanpa batas, tanpa syarat, tanpa sekat!. Ia menyayangi orang-orang yang mengimaninya, juga menyayangi orang-orang yang mengingkarinya.

Sangat dahsyat kasih sayang Tuhan itu. Sehingga seorang manusia yang lemah yang kalau sakit gigi sedikit saja mengaduh siang malam, yang sedemikian lemahnya manusia itu tapi berani menyatakan bahwa Tuhan telah sirna karena ilmu pengetahuan. Orang yang seperti itu pun di dunia ini tetap disayang Tuhan. Diberi makan, diberi pakaian, diberi penghasilan cukup, bahkan diberi ketenaran yang luar biasa.

Kita tadi mendengar bersama bagaimana canggihnya Lenin, Stalin, Karl Mark, Polpot, Mao Zhe Dong dan para tokoh Komunis Indonesia menunjukkan kehebatannya. Mereka mengaum bagai hewan buas yang begitu bernafsu mencabik-cabik Tuhan dan membinasakan Tuhan dengan sebinasa-binasanya.

Meskipun begitu Tuhan tetap masih sayang pada mereka. Tuhan tidak memerintahkan kepada jantung yang ada di dalam tubuh mereka untuk berhenti berdetak. Tidak. Tuhan tidak memerintahkan hati mereka berhenti menyaring racun.Tidak. Tuhan masih memberi mereka kesempatan hidup.

Tuhan tidak juga mengirimkan topan dan badai kemarahan-Nya kepada mereka. Kenapa?. Sebab Tuhan tahu kata-kata para ideolog Komunis itu tak lebih berharga dari sampah belaka. Tidak ada bobot dan nilainya sama sekali. Kata-kata mereka sama sekali tidak menggoyah sedikit pun bukti keberadaan-Nya. Hanya orang-orang yang teramat bodoh dan teramat bebal saja yang mudah terpesona dan tertipu oleh dalil-dalil mereka!.

Baiklah mari kita buktikan bersama bahwa kata-kata mereka tadi tak ada nilainya sama sekali.

Bagi orang yang cermat dan paham filsafat. Sebenarnya Karl Marx, Lenin, Stalin, dll tak lebih dari seekor burung beo. Mereka hanya ikut-ikutan saja. Apa yang mereka katakan sebenarnya adalah apa yang telah dikatakan oleh Nietzsche. Lalu, siapakah Nietzsche itu?.

Dia adalah seorang pemikir dari Jerman yang mengatakan: "Tuhan telah mati!".

Nietzsche adalah seorang atheis.Dia mengingkari adanya Tuhan.Dia pengusung paham atheisme optimisme. Jadi, apa yang dikatakan mereka adalah apa yang ditulis Nietzsche yang pernah menggegerkan Jerman, bahkan Eropa pada abad ke-19 yang silam. Pembual itu hanya menyambung lidah Nietzsche. Dia tak ubahnya seekor burung beo yang mengoceh dan menirukan pemikiranNietzsche. Jujur, penulis lebih salut pada anak-anak kecil yang kreatif berpikir daripada seorang yang mengaku intelektual tapi sejatinya hanya seorang pengekor.

Nietzsche termasuk pemikir yang terjebak dalam atheisme, yaitu pemikiran yang mengingkari adanya Tuhan. Sebelum masuk pemikiran Nietzsche, kita harus tahu bahwa atheisme ini banyak jenisnya. Namun intinya satu, yaitu tidak mengakui keberadaan Tuhan.

Ada yang disebut atheisme materialisme. Ini adalah jenis atheism yang paling tua. Ada atheisme psikologi, atheisme marxisme, atheisme eksistensialisme, juga atheisme neo positivisme. Tapi mohon maaf, penulis tidak bisa menjelaskan secara detil jenis-jenis atheisme itu karena ruang yang terbatas. Kita hanya akan sama-sama menguliti pemikiran Nietzsche yang kemudian dikembangkan oleh Karl Marx dan kelak dikenal sebagai faham Komunisme.

Pada zamannya, Nietzsche telah menggegerkan seluruh benua Eropa karena pemikirannya yang memproklamirkan bahwa Tuhan telah mati !. Bagaimanakah runtutan cara berpikir Nietzsche sampai dia sampai pada kesimpulan meniadakan Tuhan?.

Begini,

Menurutnya, manusia mengakui adanya Tuhan karena tingkat ilmu dan teknologi yang rendah. Manakala manusia telah mencapai ilmu dan teknologi yang tinggi niscaya kepercayaan kepada Tuhan lagi tidak diperlukan. Dahulu ketika ilmu dan teknologi manusia masih rendah, hidupnya masih tergantung pada belas kasihan alam. Semua kekuatan alam di dewakan.

Ketika manusia melihat banjir besar melanda pertanian dan pemukimannya yang membawa penderitaan luarbiasa, ia merasa tidak mampu mengatasinya. Ketika banjir reda dan sungai kembali jernih, manusia dapat memanfaatkan kebaikannya sebagai sumber penghidupan. Ikan-ikannya yang gemuk dan manfaat lainnya yang banyak. Maka agar sungai tidak mengamuk dan tetap memberikan berkah lalu ia disucikan. Dianggap mempunyai kekuatan raksasa yang gaib. Lalu di beri sesaji, di hormati , di dewa-dewakan.

Akhirnya, dalam kehidupan masyarakat primitif muncullah bermacam-macam dewa. Dewa sungai, dewa hutan. dewa gunung, dewa langit, dewa laut, dewa hujan, dewi padi dan lain sebagainya, yang itu semua merupakan kekuatan alam. Tetapi ketika manusia tidak lagi tergantung pada alam, dengan ilmu dan teknologinya mereka dapat mengendalikan banjir, dengan ilmu pertanian melipatgandakan hasil panen, dewa atau Tuhan sungai tidak diperlukan lagi.

Dalam sejarah bangsa Yunani dikenal banyak dewa-dewi yang diketuai oleh Dewa Zeus. Kini manusia telah menguasai ilmu dan Tuhan ataupun dewa-dewa yang dianggap sebagai Tuhan, tinggal hanya dalam buku-buku di perpustakaan. Kekuatan alam yang dulu diagungkan dan disucikan diberi sesaji, kini harus sujud menyembah di telapak kaki manusia.

Nietzsche bertanya, ke mana Tuhan-Tuhan itu pergi?. Apakah 'dia lari atau bersembunyi ataukah dia hilang seperti anak kecil?. Tidak!. Tuhan itu telah mati!. Kita yang membunuhnya, demikian Nietzsche mengejek bahwa Tuhan ditikam jantungnya dengan belati ilmu pengetahuan. Ia sangat optimis bila manusia telah mencapai kemajuan, sehingga ilmu pengetahuan membebaskan manusia dari ketergantungannya pada alam, makaTuhan telah sempurna matinya.

Ia membutuhkan waktu sebagaimana kilat pun membutuhkan waktu. Ia menganjurkan agar manusia terus maju mengejar ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia sendiri yang menjadi pengatur alam, bukan tergantung pada alam. Manusia dengan ilmu pengetahuannya harus menggantikan dewa-dewa orang primitif, menjadi penentu dan pengatur alam. Ia harus menjadi manusia atas atau manusia super.

Jadi para ideolog itu hanyalah pembeo pemikiran Nietzsche. Dan tentu saja pemikiran Nietzsche tresebut samasekali tidak benar. Bagaimana membuktikan pemikiran Nietzsche samasekali tidak benar?. Mudah saja.

Nietzsche begitu optimis akan mukjizat ilmu pengetahuan yang dengan kekuatannya menusia dapat menguasai alam, dan bila demikian, maka Tuhan tidak diperlukan lagi. Benarkah ilmu pengetahuan dapat menjanjikan optimisme yang diyakininya bahwa manusia akan dapat menguasai alam?.

Memang, tidak diragukan lagi, manusia dengan ilmu dan teknologinya telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Sekali peristiwa terjadi di ujung dunia, pada saat yang sama dapat dimonitor pada ujung dunia yang lain. Sekali gagang telpon diangkat, komunikasi antarbenua dapat terlaksana.

Manusia telah berhasil melakukan cangkok ginjal, cangkok jantung dan bahkan mampu menggandakan makhluk hidup dengan teknologi kloning. Berbagai penyakit berbahaya yang dahulu sempat mewabah dan merenggut jutaan nyawa seperti TBC, Tipes, malaria bisa diatasi. Manusia merasa semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologinya, semakin kecil masalah yang tidak bisa diatasinya, sehingga pada suatu saat akan sampai pada batas di mana timbul satu kepercayaan bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diatasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Benarkah demikian?.

Nyatanya apa yang terjadi tidaklah demikian. Batas tertinggi dimana manusia ingin mencapainya ternyata selalu mundur sejalan dengan kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan. Saat suatu masalah dapat ditangani, masalah lain muncul. Semakin canggih ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai manusia, semakin canggih pula masalah yang dihadapi. Contohnya, sampai pertengahan abad 20, manusia belum mengenal virus HIV/AIDS. Dan hingga kini, menjelang pertengahan abad 21, penyakit HIV/AIDS belum juga kunjung ditemukan obatnya!.

Demikianlah!. Maka selamanya manusia tidak akan dapat mencapai batas itu. Ilmu pengetahuan tidak dapat mendeteksi kapan persisnya gempa terjadi. Kalau pun bisa mendeteksi, tetap saja ilmu pengetahuan tidak dapat menolak terjadinya gempa. Demikian pula untuk selamanya, manusia tidak akan melepaskan diri dari proses penuaan dan kematian.

Kenyataan ini seharusnya menyadarkan menyadarkan manusia bahwa sesungguhnya ia adalah makhluk yang lemah. Membawa dia kepada keyakinan akan adanya suatu Dzat yang memiliki kuasa sepenuhnya, yang dapat mengobati segala penyakit. Yang dapat menghidupkan dan mematikan. Yang tidak terbatas kekuasaannya. Tidak terpengaruh oleh waktu. Yang kekal abadi tidak terkalahkan oleh kematian, sebab Dialah pencipta kematian.

Dialah Tuhan!. Dialah Allah, Tuhan seru sekalian alam. Jadi hanya orang gila yang mengatakan Tuhan telah mati atau telah sirna. Sebagaimana sejarah mencatat Nietzsche pada akhirnya terbenam dalam kegilaan. Dia mati mengenaskan dalam keadaan gila!. Tak ada yang membantah kenyataan ini. Maka agar kita tidak ikut-ikutan gila, jangan sekali-kali mengikuti Nietzsche!.
simbol atheis

Jenis-jenis Atheisme


Di atas sudah penulis jelaskan, Nietzsche termasuk pemikir yang terjebak dalam athéisme, yaitu pemikiran yang mengingkari adanya Tuhan. Nietzsche mengatakan "Tuhan telah mati!". Penulis tidak perlu menjelaskan lagi bagaimana Nietzsche bisa sampai mengatakan begitu?. Dan sebenarnya jenis atheisme yang paling kuno adalah atheisme materialisme.

Ini adalah jenis atheisme yang paling tua. Sudah ada sejak kuno dulu. Dan pernah berkembang di zaman Nabi Muhammad Saw, ketika diutus oleh Allah Swt. Menurut orang-orang atheisme materialisme, wujud segala sesuatu didasarkan pada materi. Materi adalah segala sesuatu yang bisa ditangkap oleh indera manusia. Bisa diketahui adanya dengan diraba, dipegang, disentuh, dicium, ditangkap, dilihat dan seterusnya.

Sebagai contoh, mereka percaya kursi itu ada karena ia bisa dilihat, disentuh dan diraba. Udara itu ada karena udara bisa dihirup dan dirasakan gerakannya, semilirnya, hembusannya. Cahaya itu ada karena bisa dilihat. Garam dalam kuah bakso, walau tidak dapat dilihat ataupun diraba bentuk fisiknya lagi, ia tetap dianggap ada karena bisa dirasa oleh lidah.

Menurut mereka, hakikat alam ini adalah materi atau benda. Jiwa dan pikiran adalah materi juga, hanya sangat halus berbeda dengan materi yang lain. Dan menurut mereka segala yang tidak materi itu tidak ada. Tuhan bukan materi, Tuhan bukan benda jadi Tuhan tidak ada. Karena wujud Tuhan tidak bisa dilihat, ditangkap, diraba, disentuh, dirasa, dan diindera oleh manusia.

Orang-orang yang berpikiran seperti itu sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad berdakwah di Makkah. Al-Quran, dalam surat Al Jaatsiyah menjelaskan, bahwa di Makkah ada sekelompok golongan yang tidak percaya adanya Tuhan dan hari kiamat. Mereka mengatakan:

"Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa!".

Perkataan mereka, "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja", adalah pengingkaran kepada kehidupan hari kemudian, hari di mana manusia dibangkitkan dari kematian. Kenapa mereka tidak percaya?. Karena itu tadi, mereka berlandaskan pada materi yang bisa dilihat, diraba dan diindera. Menurut mereka alam itu, ya ... alam dunia ini yang pada hakikatnya adalah materi. Di dunia inilah terjadi kehidupan dan kematian. Tidak ada alam selain alam dunia ini.

Kematian dan kehidupan menurut mereka terjadi begitu saja sesuai hukum alam. Menurut mereka, mereka mati begitu saja. Yang mematikan adalah masa atau waktu. Mereka mengatakan,"Tidak ada yang membinasakan kita selain masa". Ini berarti, secara terang-terangan mereka tidak mengakui adanya Tuhan yang berkuasa menghidupkan dan mematikan.

Itulah atheisme materialisme. Paham atheism yang paling tua. Paham ini mencuat kembali pada abad ke-17 dan ke-19. Di antara tokohnya yang terkenal adalah Karl Vogt, Huxely, Lamettra. Karl Vogt pernah berkata, "otaklah yang melahirkan kehidupan ini. Otak melahirkan pikiran sebagaimana ginjal melahirkan air seni". Maksudnya, tidak ada wujud selain daripada materi. Karena Tuhan bukan materi, kata Vogt. maka ia tidak ada.

Adalagi atheisme psikologi. Atheisme psikologi?. Agak aneh?. Bisa dikatakan aneh memang. Psikologi semestinya menguatkan keimanan seseorang akan keberadaan Tuhan. Karena psikologi adalah penjelajahan perasaan, batin, dan jiwa manusia. Semakin kenal manusia pada dirinya semestinya ia semakin dekat dengan Tuhannya. Pepatah Arab mengatakan, "Man arofa nafsahu arofa Rabbahuf", Artinya, siapa yang mengenal dirinya pasti mengenal Tuhannya.

Namun ternyata ada beberapa ahli psikologi sesat yang menggunakan alasan psikologi sebagai dalil mengingkari adanya Tuhan. Sigmund Freud dan Ludwig Van Feuerbach adalah tokoh-tokohnya yang paling termasyhur. Itu nama yang tidak asing. Sangat terkenal. Keduanya adalah ahli psikologi Jerman pada abad ke-I9. Pemikiran keduanya banyak dijadikan bahan rujukan ahli-ahli psikologi masa kini. Dan mereka berdua mengingkari Tuhan dengan alasan psikologi.

Menurut mereka bertuhan adalah jiwa kekanak-kanakan yang dibawa hingga dewasa. Menurut Freud, saat masih kecil, manusia itu lemah. Ia mengalami banyak kekurangan untuk memenuhi kebutuhannya. Meja begitu tinggi bagi seorang bocah. Ia tidak bisa menggapai benda di atasnya. Kursi terasa berat, ia tidak kuat mengangkatnya. Ia melihat ayahnya bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukannya. Mengambil benda di atas meja. Mengangkat kursi. Begitu mudah. Ia kagum pada ayahnya. Ia memandang ayahnya sebagai sosok yang maha kuasa. Ia menjadi sangat tergantung pada sang ayah.

Namun ketika anak itu semakin besar dan dewasa, dan ia sudah mampu melakukan semua yang dahulu tidak bisa dilakukannya, ia merasa sang ayah bukanlah sosok yang maha kuasa lagi. Oleh karenanya ia pun menciptakan sosok Tuhan dalam benaknya. Tuhan yang ia sebut dalam doanya untuk memenuhi keinginan-keinginannya. Persis waktu ia kecil dulu saat memerlukan bantuan ayahnya.

Jadi Tuhan, menurut Freud, hanya rekayasa manusia saja untuk ia jadikan tempat bertumpu atas segala kebutuhannya. Freud mengingkari adanya Tuhan dengan alasan seperti itu. Agama menurut Freud dan Freuebach hanyalah cerminan keinginan manusia. Ini jenis atheisme yang tidak asing bagi orang Rusia dahulu, yaitu atheisme marxisme. Inilah atheisme yang sempat menjadi faham yang paling populer di abad modern ini, sebelum dicampakkan ke tempat sampah oleh penganut terbesarnya sendiri, bangsa Rusia.

Di Rusia (yang kemudian lebih dikenal dengan nama Uni Soviet) inilah jenis atheisme yang pernah jadi ideologi negara. Pencetus atheisme ini adalah Karl Marx. Kemudian diteruskan oleh Lenin, dikukuhkan oleh Stalin, dan dilestarikan oleh para penerusnya. Marxisme inilah yang melahirkan komunisme. Dan pernah berkembang dengan kecepatan luar biasa, sampai-sampai hampir sepertiga penduduk dunia memeluknya.

Di Indonesia ideologi marxisme dan komunisme pernah hidup dan berkembangan pesat. Ideologi itulah yang menjadi jiwa Partai Komunis Indonesia atau PKI, yang hampir meruntuhkan Republik Indonesia dengan pemberontakan G 30/S PKI nya pada tahun 1965.

Karl Marx membangun ideologinya yang mengingkari Tuhan dengan menggabungkan atheisme materialisme dan atheisme psikologi. Ia terang-terangan memusuhi Tuhan dan memusuhi agama. Ia mengatakan agama adalah candu masyarakat. Ia menyerukan untuk memberantas agama. Karena ia memandang agama adalah khayalan manusia yang karena gagal membangun surga di dunia, lalu ingin membangun surga di akhirat. Surga di akhirat hanya khayalan belaka.

Agama merusak pikiran manusia. Begitu menurut dia. Sebaliknya marxisme yang dia bawa mengajak manusia mendirikan surga di dunia. Dunia adalahs egalanya, manusia harus membangun surganya di dunia karena sejatinya kita hidup di dunia!. Begitulah inti pemikiran Karl Marx.

Mari kita bahas satu per satu. Kita mulai dari atheisme materialisme.

Mereka meniadakan Tuhan dengan alasan Tuhan bukan materi. Tuhan tidak ada karena tidak bisa ditangkap panca indera. Alasan para penganut faham materialisme itu sangat lemah. Pada kenyataannya manusia mengakui adanya sesuatu yang bukan materi. Misalnya hukum. Hukum itu non materi. Dan hukum itu ada. Diakui semua manusia termasuk para pengikut materialisme.

Contoh lain adalah ide. Siapa bisa mengindera ide?. Ide diakui ada begitu saja dalam pikiran manusia. Ide bukan materi, tapi ide itu ada. Juga spirit (semangat). Spirit ada begitu saja, masuk dalam jiwa manusia. Sama seperti ide, spirit tidak bisa dilihat, disentuh, dicium atau dirasa dengan panca indera. Tapi spirit itu ada, tak ada yang mengingkarinya.

Contoh lainnya lagi waktu. Siapa bisa melihat waktu?. Waktu bukan benda. Bukan materi. Tidak bisa ditangkap indera manusia. Dengan kamera secanggih apa pun manusia tidak bisa memotret waktu, bentuknya seperti apa. Sebab waktu memang bukan benda, bukan materi. Tapi waktu itu ada, tak ada yang menyangkalnya. Otak manusia meyakini begitu saja waktu itu ada.

Jadi, banyak sekali hal-hal yang non materi yang diakui keberadaannya oleh manusia. Jika mereka bisa mengakui adanya hukum, ide, spirit dan waktu yang bukan materi, yang tidak bisa ditangkap panca indera, kenapa mereka mengingkari adanya Tuhan?. Jadi, alasan mereka mengingkari adanya Tuhan itu sangat lemah. Tuhan itu ada, sebagaimana waktu ada. Bahkan, Tuhanlah yang menciptakan waktu dan segala yang ada!.

Kalau atheisme psikologi yang dibawa Freud dan Feuerbach lemahnya dari sisi apa?. Dari segala sisinya lemah. Dari awal sampai akhir dasar falsafah mereka lemah. Kita tanya pada anak-anak kecil di sekitar kita tentang Tuhan, mereka akan menjawab Tuhan itu ada. Jadi pengalaman psikologi seperti yang digambarkan Freud sangat jauh dari kebenaran. Freud menggambarkan, ketika orang sudah dewasa dia menciptakanTuhan dalam benaknya. Yaitu Tuhan yang dia sebut dalam doanya untuk memenuhi keinginan-keinginannya. Persis waktu ia kecil dulu saat minta tolong ayahnya. Ini sungguh gambaran yang sangat lucu sekali.

Bagaimana dengan orang yang sejak kecil telah mengenal Tuhan, dan mengakui Tuhan itu ada?. Atau bagaimana dengan anak yatim piatu yang tidak punya bapak dan tidak punya ibu. Hidup sebatangkara sejak kecil, namun ketika dewasa mengakui adanya Tuhan. Apakah Tuhan yang diakuinya terlahir dalam benaknya sekadar untuk memenuhi keinginan-keinginannya, persis waktu ia kecil dulu saat minta tolong ayahnya. Bagaimana ia punya pengalaman minta tolong pada ayahnya padahal sejak kecil ia tidak punya ayah?.

Freud dan Feuerbach sama-sama meyakini bahwa agama tak lain hanyalah cerminan keinginan manusia. Karenanya, agama juga khayalan otak manusia belaka. Pertanyaannya, benarkah agama itu merupakan keinginan-keinginan?. Kodrat manusia menghendaki terpenuhi secara baik kebutuhan jasmani dan ruhaninya. Nafsu seks manusia menghendaki perhenuhan dengan wanita mana saja tanpa batasan atau larangan. Demikian pula nafsu perutnya. Tetapi agama melarang pemenuhan yang demikian.

Manusia wajib memenuhi tuntutan perut dan seksnya dengan beberapa aturan. Manusia wajib menjaga dorongan seksnya. Manusia tidak boleh melampiaskan keinginan seksnya kecuali pada pasangannya yang sah. Manusia tidak boleh mengisi perutnya kecuali dengan yang halal. Manusia harus mengerjakan shalat, puasa, membayar zakat, shadaqah dan itu bukan suatu keinginan. Tapi kewajiban dan tuntunan yang diajarkan agama.

Jika manusia merupakan keinginan, mengapa banyak rasul yang membawa agama itu justru menderita, disingkirkan, diteror, bahkan ada yang dibunuh. Jika agama cerminan keinginan, seharusnya semua rasul diterima dengan penuh suka cita oleh kaumnya. Kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi tidak benar agama merupakan keinginan-keinginan. Dan tidak benar anggapan Tuhan hanya rekaan benak manusia. Tuhan memang benar-benar ada. Dan agama yang benar seperti Islam adalah agama yang diwahyukan Tuhan. Bukan cermin keinginan-keinginan manusia!.

Marx mendasarkan falsafahnya pada materialism dan pemikiran Freuerbach. Dan satu per satu telah kita runtuhkan di depan. Kita tinggal melihat alasan kebenciannya pada agama. Marx mengatakan agama adalah candu yang meninabobokan manusia kepada kehidupan khayali. Pernyataannya itu tidak berlaku untuk semua agama, terutama Islam. Islam itu tidak hanya membangun kebahagiaan di akhirat, tetapi juga kehidupan di dunia. Bahkan dunia ini dijadikan sebagai ladang kebahagiaan akhirat.

Nabi Muhammad Saw. menyerukan kepada umatnya untuk bekerja keras membangun kejayaan duniawi, sebagaimana menyeru umatnya beribadah sebaik-baiknya untuk membangun surga ukhrawi. Islam sendiri dengan terang dan tegas memerintahkan pemeluknya agar berkerja untuk dunianya seakan-akan mereka akan hidup selamanya, dan beribadah untuk akhiratnya seolah-olah mereka akan mati besok pagi!'.

Dalam hadits yang lain Rasul memberitahukan, seseorang yang bekerja untuk anak-anaknya, maka pahalanya sama dengan berjuang di jalan Allah. Beliau juga menjelaskan, harta yang diinfakkan untuk jihadfi sabilillah, harta yang digunakan untuk memerdekakan budak, harta yang diberikan pada fakir miskin dan harta yang dibelanjakan untuk keluarga, di antara semua itu ,maka yang paling besar keutamaannya adalah harta yang dibelanjakan untuk keluarga.

Betapa Islam mengajak manusia mencapai kebahagiaan dunia.Lalu Rasulullah menegaskan, 'Dunia adalah ladang akhirat!' Kaitan dunia dengan akhirat begitu eratnya. Yang dipetik di akhirat adalah apa yang ditanam di dunia. Tanpa keberhasilan seseorang menempatkan dirinya di dunia ia tidak akan berjaya di akhirat. Islam mengajarkan keseimbangan dunia dan akhirat. Tidak boleh ada yang timpang salah satunya. Begitu Islam mengajarkan.
revolusi bolshewik

Catatan sejarah Komunisme


Dalam buku biografi Lenin dan Stalin terdapat berbagai macam peristiwa yang mencekam dan tragis dalam catatan perjalanan umat manusia. Penulis seakan masuk ke zaman Lenin dan Stalin. Dengan di dasari ideologi komunis yang digagas Karl Marx dan dengan slogan "tanah", "roti" dan "perdamaian", Lenin menggerakkan partai Bolshevik yang radikal untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Rusia dengan kekerasan dari tangan Kaisar Tsar Nicholas II.

Pemberontakan pertama gagal. Lenin merasa, kekerasan yang digunakannya belum maksimal. Maka pada bulan November 1917, pemberontakan kedua dilancarkan dengan kekerasan yang lebih maksimal dan total. Lenin menghalalkan segala cara demi mewujudkan kegilaan ideologi komunisnya.

Lenin lebih keras dari Karl Marx. Jika Karl Marx hanya mengisyaratkan perlunya kediktatoran proletariat sesekali saja, Lenin berbeda, Lenin mempraktikkan kediktatoran total untuk melanggengkan pemerintahan komunisnya. Kekerasan berdarah terus terjadi di Rusia. Keluarga Tsar Nicolas II dibantai habis oleh kaum komunis pengikut Lenin dengan cara yang keji.

Keluarga Tsar dan pengikutnya yang disekap di pegunungan Ural dibangunkan di tengah malam. Lalu dibawa ke gudang di bawah tanah. Mereka ada yang dibayonet dan dipukuli sampai mati. Kaum perempuannya diperkosa lalu dicincang. Tsar sendiri dan keluarganya dicincang, disiram bensin dan dibakar hidup-hidup lalu dilempar ke dalam sumur bekas tambang. Tak ada keturunan Tsar yang tersisa.

Tragedi kemanusiaan yang maha kejam benar-benar terjadi berkali-kali waktu itu. Nyawa manusia tak ada harganya. Kaum perempuan tak ada nilainya. Siapa yang berani menentang Lenin, sudah bisa dipastikan binasa dalam kondisi mengenaskan, mati dengan jasad tanpa rupa. Di tangan Lenin wajah bengis komunisme betul-betul menampakkan wujud aslinya.

Kekerasan, kekejaman, dan kebengisan adalah ciri utama rezim komunis Lenin. Bagi Lenin, ide tentang kediktatoran sesungguhnya lebih penting daripada politik ekonomi negaranya. Mempertahankan kekuasaan adalah tujuan utamanya. Dan atas nama kekuasaan ia bisa menghalalkan segala cara. Membantai, membunuh, dan mencincang penentang-penentangnya sampai habis tak tersisa adalah jalan pertama dan utamanya. Sangat bengis, kejam, mengerikan, biadab dan tidak berperikemanusiaan samasekali.

Itulah ciri pokok pemerintahan Lenin yang kemudian dipertahankan para penerusnya dan negara-negara komunis manapun di dunia. Ciri pokoknya adalah pemerintahan diktator total. Yaitu teknik mempertahankan kekuasaan untuk jangka waktu tidak terbatas dengan segala cara yang ada. Semua lembaga dan perangkat yang ada dalam negara harus dikontrol dan diawasi dengan teliti. Jika ada yang berbeda dengan pemerintah harus ditumpas habis sampai ke akar-akarnya. Di negara itu tidak ada yang boleh mengatur kecuali negara, dan negara diatur oleh pemimpin utama.

Di negara itu bahkan tidak boleh ada Tuhan, karena yang jadi Tuhan, yang mengatur dan mengendalikan rakyat dan semuanya adalah sang pemimpin negara. Pemimpin negaralah yang menentukan kaya dan miskinnya bawahannya. Bahkan sang pemimpin negaralah yang menentukan si A harus mati dan si B boleh hidup. Itulah yang diterapkan oleh Lenin dan kemudian diikuti oleh negara-negara komunis lainnya. Tak heran sejak Lenin memegang kekuasaan, selama dia masih hidup, tidak ada satu negara komunis di dunia ini yang dapat digulingkan setelah mereka merebut pemerintahan.

Saat itu teori kediktatoran total benar-benar dijalankan oleh Lenin tanpa boleh kendor sedikit pun. Kelemahan Lenin pasti ada, hanya saat itu Lenin mampu sedemikian ketat menjaga kelemahannya. Lenin benar-benar nyaris mirip Fir'aun dan Namrud. Bahkan lebih. Ia lebih kejam daripada Fir'aun dan Namrud. Lenin yang sombong, angkuh, kejam dan maha bengis itu akhirnya mati juga digerogoti penyakit. Kediktatorannya tidak sanggup melawan kuman penyakit. Lenin mati dan digantikan oleh diktator baru yang mewarisi seluruh ide Lenin, bahkan jauh lebih diktator dan lebih kejam darinya. Pengganti Lenin itu adalah Stalin.

Penulis membaca banyak pembantaian mengerikan yang dilakukan Stalin demi menjaga kekuasaannya. Jutaan nyawa manusia melayang di ujung telunjuknya. Ada banyak catatan sejarah yang menulis kekejaman tokoh komunis psikopat ini. Saat Stalin berkuasa, ia banyak melakukan penangkapan terhadap ratusan bahkan ribuan orang di pelbagai daerah di seantero penjuru Uni Soviet. Mereka yang ditangkap diikat dan dibawa ke tempat-tempat interogasi yang telah dirancang rapi.

Stalin banyak belajar dari Lenin. Ia mengadopsi hampir semua cara Lenin, hanya saja derajatnya dua, bahkan tiga kali lipat lebih bengis!. Stalin lebih gila lagi dalam melaksanakannya. Ia lebih psikopat ketimbang Lenin. Stalin yang berarti baja, lebih keras dan lebih diktator dari Lenin.

Penangkapan besar-besaran warga Uni Soviet yang tak bersalah itu merupakan bagian awal kejahatan mesin teror Stalin. Tujuan mesin teror itu bukan sekadar untuk menghancurkan orang-orang yang dibidik. Namun lebih dari itu, untuk meremukkan mereka, menghina mereka, dan memaksa mereka untuk mengakui diri mereka sebagai "musuh masyarakat." Dan setelah mereka mengakui hal itu, maka Stalin bebas melakukan apa saja pada mereka.

Stalin menggunakan pelbagai macam jenis kekerasan dan penyiksaan guna mempertahankan rezim komunisnya. Cara Stalin itu dikenal sebagai "pengaruh metode fisik" yang dijalankan Stalin sejak tahun1937. Stalin menyiapkan badan polisi rahasia yang dikenal NKVD untuk menyiduk siapa saja yang dicurigai. Setelah diciduk, orang yang dicurigai itu lalu diinterogasi dengan cara menyiksanya sampai mau menuruti kemauan sang penyidik.

Orang-orang yang pernah disiksa oleh rezim Stalin dan akhirnya bisa lolos menceritakan bentuk-bentuk penyiksaan yang sangat biadab. Di bawah tekanan penyiksaan interogator rezim Stalin, orang-orang yang tidak bersalah terpaksa harus mengakui kesalahan yang tidak mereka lakukan. Setelah mengakuinya, seringkali mereka tetap dibinasakan. Karena sadisnya penyiksaan, mereka lebih memilih segera mati daripada menderita penyiksaan berkepanjangan.

Catatan-catatan sejarah menulis, yang terjadi pada waktu itu, penyidik NKVD menyiksa tahanan selama beberapa jam, dan berulang kali. Penyidik yang paling kejam bahkan sampai meremukkan tubuh tahanannya. Mereka menimpakan pelbagai macam siksaan kepada tahanan. Mematahkan tangan, atau kaki, mencabuti kuku, memanggang korban dengan besi menyala, bahkan sampai memotong alat vital. Sungguh biadab dan mengerikan.

Diantara kisah-kisah mengerikan yang terjadi pada masa itu diantaranya adalah kisah seorang gadis bernama Alikhanova. Kisah nyata yang ditulis di banyak buku di dunia. Disebut di sana, bahwa anak buah Stalin mengambil anak gadis Alikhova yang berusia 16 tahun dan membawanya ke tempat investigasi. Mereka lalu memperkosanya di hadapan sang ayah. Setelah itu, anak gadis itu dibunuh dengan cara yang sangat keji. Dan sang ayah dipaksa menandatangani seluruh pengakuan keji, bahwa anak gadisnya telah dibebaskan dari tahanan, namun tewas bunuh diri dengan melindaskan diri pada kereta api.

Korban yang meninggal akibat kekejaman Stalin tercatat sebanyak 20.000.000 orang. Namun versi lain menulis korban yang tewas selama Stalin berkuasa antara 40-50 juta orang. Pendapat terakhir oleh sebagian ahli sejarah dianggap yang paling mendekati kebenaran. Jika diperhitungkan juga dari korban yang tewas karena keterlibatan Uni Soviet dalam Perang Dunia II, yang sebagian besarnya adalah rakyat sipil biasa, disamping juga para tentara. Tidak kurang 46 juta rakyat Eropa tewas dalam Perang Dunia II, dan enam puluh persennya dari jumlah itu adalah penduduk Uni Soviet yang dijadikan tumbal oleh Stalin. Tak kurang 20 ribu rakyat sipil dikorbankan oleh Stalin sebagai tameng hidup untuk mempertahankan dua kota, yaitu Leningrad dan Mokswa dari serbuan Hitler.

Ketika tentara Uni Soviet memasuki Jerman, tak kurang dari 2 juta wanita Jerman diperkosa oleh tentara Uni Soviet dan itu menjadi pemerkosaan terbesar dalam sejarah kebiadaban umat manusia di muka bumi. Dan yang paling bertanggung jawab atas kebiadaban itu tak lain adalah Stalin. Sebab telunjuk Stalinlah yang memerintahkan tentaranya melakukan tindakan-tindakan biadabitu.

Setiap mengenang Perang Dunia II, sebagian warga Rusia memandang Stalin sebagai pahlawan yang berperan besar dalam mengalahkan Nazi Jerman. Bahkan, mereka sangat membanggakan Stalin yang tanpa bantuan sekutu, dapat melibas Nazi Jerman. Namun sebagian yang lain menolak pandangan itu. Mereka menganggap Stalin memiliki kesalahan besar dalam PerangDunia II. Korban yang mati sia-sia di tangan "manusia baja" itu terlalu besar.

Stalin akhirnya mati tiba-tiba. Ada yang mengatakan ia mati karena virus yang menyerang otaknya. Ada yang menyebutkan ia mati karena diracun. Berbagai macam sebab, tetapi kematian itu tetaplah kematian. Dan siapa pun, sekuat apa pun tentara yang mengawalnya, akhirnya akan mati juga. Tak akan ada yang lolos dari kematian. Stalin mati dengan meninggalkan catatan kelam dalam sejarah peradaban umat manusia.

Penulis merasa sangat lelah membaca sejarah kelam yang ditorehkan Lenin dan Stalin di atas kanvas kehidupan. Penulis bisa membayangkan betapa susahnya hidup di zaman itu. Khususnya betapa susah hidup sebagai seorang Muslim dizaman itu. Zaman ketika manusia tidak boleh mengakui adanya Tuhan, semua harus ikut satu ideologi yaitu komunisme.
demo pki

PKI di Indonesia


Membaca biografi Lenin dan Stalin mengingatkan penulis pada peristiwa berdarah Pemberontakan Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan oleh PKI di Indonesia. Sejarah mencatat PKI dua kali melakukan pemberontakan. Yang pertama, tahun 1948 dan yang kedua tahun 1965.

Pada pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun, tidak sedikit umat Islam yang dibunuh, dibantai, dan dicincang dengan cara yang keji dan kejam oleh PKI. Dan pada pemberontakan G 30/S PKI, para perwira tinggi TNI diculik dan dihabisi. Sebelumnya PKI telah lebih dahulu melakukan pembantaian dan intimidasi di mana-mana.

Pemberontakan G 30/S PKI digagalkan oleh rakyat Indonesia. Jika tidak, kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Indonesia. Mungkin Indonesia akan mengalami sejarah yang lebih kelam dari apa yang dilakukan oleh Lenin dan Stalin di Uni Soviet.

Jika korban kekejaman Stalin sampai 20 juta, mungkin bila PKI berkuasa jumlah manusia yang dibantai bisa dua kali lipatnya. Sebab metode Stalin telah menjadi inspirator bagi hampir seluruh penguasa komunis di mana pun di dunia saat itu, termasuk PKI, yang alhamdulillah, atas izin Allah, gagal menguasai NKRI.

Di Kamboja, Pol Pot, dengan Khmer Merahnya, yang sangat kejam itu juga seorang komunis, yang ketika berkuasa meniru apa yang dilakukan Stalin. Pol Pot adalah bukti bahwa ideologi komunis bisa merubah secara radikal manusia yang berbudi halus menjadi manusia yang buas tidak berperikemanusiaan. Pol Pot sebenarnya seorang guru yang dikenal halus budi, tapi setelah ideologi komunis masuk ke dalam otaknya dan teori Stalin mengalir dalam darahnya, jadilah ia manusia yang terkenal kejam.

Sejarah mencatat, ia telah melakukan pembunuhan massal di Kamboja. Ratusan ribu manusia mati karena kekejaman Pol Pot. Pada puncak kekuasaannya, ia bak Tuhan yang maha kuasa bagi rakyatnya. Kekejamannya begitu menggiriskan sebagaimana yang digambarkan orang-orang Kamboja kala itu, "dan dewa-dewa pun tidak mampu menghentikannya".

Bagi yang samasekali tidak mengerti soal PKI, apalagi anak muda zaman sekarang yang tidak mengerti apa dan bagaimana PKI itu sesungguhnya tentu sangat mudah diracuni , apalagi belakangan ini ada semacam upaya untuk "memutihkan" G30S PKI. Seakan-akan bukan PKI yang berbuat. PKI hanyalah korban. Tumbal dari perseteruan antara bung Karno dengan TNI AD yang berujung pada pengambil alihan kekuasaan dari bung Karno secara halus serta sistematis, yang dikenal dengan istilah "Kudeta Merangkak".

Padahal dari sejarah bisa kita pelajari siapa sebenar nya PKI itu , ada recordnya , ada catatan sejarahnya dan tentu bagi kita yang berilmu , bagi kita yang bisa menelusuri sejarah pasti dan pasti kita bisa mengambil kesimpulan yang jernih. Soal sumur sebagai tempat mengeksekusi dan mengubur korban pembunuhan, misalnya, itu bukan sesuatu yang baru dalam metode pembantaian oleh PKI, itu biasa di lakukan oleh kaum pemberontak Bolshevik di Rusia dahulu. Begitupun dengan aksi teror, penyebaran rasa takut, intimidasi terhadap musuh, Lenin dan Stalin adalah maha gurunya PKI. Jadi dengan membaca catatan sejarah PKI selama ini, penulis berkesimpulan G30S PKI memang didalangi oleh PKI.

Sebagai seorang anak muda yang resah, penulis merasa sejarah begitu penting. Tidak hanya karena sejarah bisa membuka mata kita untuk tak buta melihat apa yang ada di masa sekarang, tetapi juga melihat pelajaran dari masa lampau. Tetapi sejarah punya misi lain yang lebih penting yakni: kebenaran. Dalam agama apapun nilai-nilai kebenaran menjadi sesuatu yang wajib untuk diperjuangkan. Apalagi di negara yang notabene percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, tentu usaha dan perjuangan menegakkan kebenaran menjadi penting, apalagi kebenaran sejarah.

Bagi penulis yang merupakan generasi 90-an, informasi dan kebenaran sejarah yang diterima tak lain bersumber dari sekolah dan juga guru-guru penulis. Generasi penulis adalah generasi yang mengunyah buku-buku terbitan orde baru yang dicap "milik negara dan tidak boleh diperjual belikan". Di buku itu jelas tertera, PKI adalah biadab, bengis, kejam , bahkan atheis. Buku-buku itu didukung oleh keterangan guru-guru di waktu itu bahwa PKI layak untuk dilenyapkan, Soeharto adalah pahlawan karena telah menumpas komunisme.

Pemahaman penulis pun berlanjut tatkala menemukan fakta menarik di buku Olle Tornquist yang menulis buku "Mencari Kiri di Indonesia". Di buku itu, penulis melihat ada semacam kepeloporan dalam melawan kolonialisme di masa itu. Begitupun ketika kita membaca buku yang lainnya yang di masa orde baru jelas dilarang untuk beredar. Maka kita tak perlu terhenyak tatkala menyaksikan tiga film yang membuat dunia internasional tertarik untuk membuka tabir gelap sejarah masa itu yakni film "Senyap" dan film "Jagal" karya Joshua Oppenheimer. Dan yang paling populer, film "The Year of Living Dangereously", karya sutradara Australia, Peter Weir


Tabir Di Balik Supersemar


Saat ini arsip negara menyimpan tiga versi Surat Perintah Sebelas Maret. Salah satunya berasal dari Sekretariat Negara, yang lain dari Pusat Penerangan TNI Angkatan Darat dan terakhir cuma berupa salinan tanpa kop surat kenegaraan. Ketiga surat tersebut dinyatakan palsu oleh sejarahawan. Hingga kini tidak jelas di mana keberadaan salinan asli Supersemar.

Tetapi apalah arti buku-buku itu, ketika dominasi pengetahuan melalui tangan negara justru lebih kuat daripada buku-buku yang waktu itu dilarang dan dihancurkan?. Buku-buku itu seperti angin lalu, kita seperti terlanjur menerima fakta dan data sejarah versi penguasa. Tidaklah mengherankan Wijaya Herlambang lalu menulis disertasi bagus yang mengisahkan tentang bagaimana Suharto memerintahkan sejarawan Nugroho Notosusanto membuat buku yang membenarkan tindakan Suharto menumpas PKI.

Meski kita tahu, waktu itu sudah ada dokumen dari Amerika hendak dibocorkan, tetapi ditutup-tutupi oleh Suharto. Meski ditutup-tutupi, dokumen itu justru terlanjur menjadi pemberitaan di luar negeri. Suharto pun tak kurang akal, ia pun segera menutupi dengan membentuk lembaga-lembaga kebudayaan dan kesenian untuk menutupi sejarah yang memilukan sepanjang masa ini.

Penulis cukup terhenyak dan kaget ketika membaca tulisan Taufiq Ismail di harian Republika (12/8/15). Di tulisan bertajuk "Presiden Mau Minta Maaf kepada PKI?", Taufiq seperti menunjukkan kemarahannya, nampak sekali di tulisan itu berusaha menegaskan kembali bahwa PKI dipandang sebagai biadab, bengis dan kejam. Bila Taufiq ismail menggunakan teori sebab akibat sebagaimana yang ditulis dalam buku-buku sejarah yang ada, Taufiq mengutip buku "Lubang-lubang pembantaian –petualangan PKI di Madiun", (Tim Jawa Pos: Maksum, Agus sunyoto,A Zainuddin, Grafiti, 1990) yang menyimpulkan bahwa selama ini KGB dinilai menggunakan taktik melegitimasi dan melupakan pemberontakan PKI di Madiun.

Mengenai peristiwa Madiun, kita bisa menengok versi sejarah yang lain di buku Teror Orde baru (2013) yang ditulis oleh Julie Soulthwood –Patrick Flanagan. Di buku itu mereka menerangkan bahwa gerakan penghancuran komunisme di Asia Tenggara memang merupakan gerakan yang di setting Amerika serikat dengan dukungan biaya yang cukup besar. Hal ini dilakukan tak lain karena komunisme dianggap bahaya besar bagi keberlangsungan dan dominasi perekonomian dan eksploitasi kekayaan alam di Indonesia, yang menjadi incaran utama Amerika Serikat setelah China menjadi "tak tersentuh".

Suharto banyak berurusan dengan pemberontakan Darul Islam selama meniti karir militernya. Pasca kemerdekaan ia juga aktif memberantas kelompok kiri di antara pasukannya. Tahun 1959, ia nyaris dipecat oleh Jendral Nasution dan diseret ke mahkamah militer oleh Kolonel Ahmad Yani karena meminta uang kepada perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah. Namun karirnya diselamatkan oleh Jendral Gatot Subroto.
zamanku ora penak

Teror Pada Masa OrBa


Kembali kepada teori sebab-akibat yang diajukan oleh Taufiq Ismail, mestinya kita melihat faktor ini atau faktor kolonialisme yang memunculkan gerakan komunisme di negeri ini. Motif munculnya komunisme di masa itu adalah urusan kolonialisme. Tetapi mengapa saat ini komunisme menjadi hantu yang layak dibasmi dan dimusnahkan?. Bahkan Profesor Wertheim mengatakan bahwa yang disebut dengan pemberontakan Madiun di Jawa Timur, "… sedikit banyak dipicu oleh unsur-unsur anti komunis".

Utrecht pun menulis, "Tidak ada bukti bahwa jatuhnya pemberontakan (bulan September di Madiun) tanpa mengikuti rencana resmi PKI". Soerjono mengemukakan pendapatnya secara lebih halus tidak lama setelah mengutip pernyataan Hatta pada 19 september 1948. Soerjono menyatakan: "Sejak saat itu hysteria komunisfobia dikobarkan dengan dalih "pemberontakan PKI" atau "kebiadaban PKI". Namun, sejak saat itu hingga kini ceritanya selalu sama. Tak seorang pun pernah diajukan ke meja persidangan untuk membuktikan bagaimana pemberontakan itu direncanakan.

Jadi satu-satunya hal yang menjadi bukti di Madiun adalah "sneltrech'" (keadilan ringkas) yang berlaku saat itu. Dengan kata lain pengadilan militer tidak butuh prosedur pembuktian yang lengkap. Atas dasar itu penulis tidak terkejut saat mendengar bahwa kini di Jakarta banyak sekali orang yang menulis ulang "pemberontakan madiun" versi mereka masing-masing berdasarkan kisah anggota-anggota komunis yang telah dipenjara selama 13 tahun tanpa bukti apapun terkait kesalahan mereka (sejak 1965) dan menjadi kambing hitam Orde Baru", (Julie Southwood dan Patrick Flanagan, 2013 :30).

Di buku Teror Orde Baru (2013) dijelaskan secara berbeda dari pada versi sejarah yang dikutip oleh Taufiq Ismail, di buku ini dijelaskan bahwa peristiwa madiun merupakan hasil pergumulan panjang di kalangan kesatuan-kesatuan aksi di pedalaman jawa yang bertekad mempertahankan tentara perjuangan kemerdekaan "popular" dan Komando Tinggi militer yang berusaha membawa satuan-satuan lapangan di bawah kontrol pusat.

Kembalinya pemimpin PKI Musso dari pengasingan, Agustus 1948, berujung konsolidasi terpadu kelompok-kelompok FDR di bawah organisasi PKI dan meningkatnya hasutan serta propaganda FDR dan anti Republik (hanya karena pemerintah sedang bersiap untuk menyerang PKI). Langkah Hatta merasionalisasi (baca: membersihkan) tentara dengan program demobilisasi terpadu menimbulkan ketidakpuasan di kalangan tentara di wilayah pedalaman. Ketidakpuasan itu mencuat ke permukaan ketika Letkol Sutarto yang lantang menentang program Hatta ditemukan tewas terbunuh.

Pada 11 September 1948 menyusul gelombang "menghilangnya" anggota militer pro PKI di Solo, Komando Solo mengeluarkan ultimatum. Jika tentara-tentara tersebut tidak kembali dalam tempo 14 jam pada 13 September, serangan akan ditujukan kepada mereka.

Tatkala tenggat waktu tersebut telah terlewati, Kesatuan Angkatan laut Republik Indonesia (ALRI) menyerbu barak-barak pasukan elite pemerintah, Kodam Siliwangi. Keesokan harinya, pertempuran meletus di Madiun. Pertempuran mengakibatkan kerugian bagi kedua belah pihak. Pada 18 September tentara pro PKI menguasai Madiun dan kota-kota di sekitarnya. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pemimpin PKI sebelumnya tidak mengetahui akan terjadinya peristiwa ini.

Namun, saat tiba di Madiun pada 18 september 1948 mereka dihadapkan pada kondisi yang harus diterima (Kahin,1970 :291-292;Aidit 1955 ; 25-27). Menurut laporan di hari itu yang belum jelas kebenarannya dinyatakan dalam pidato Hatta bahwa telah didirikan Pemerintah Soviet, di Madiun dengan Musso sebagai Presidennya. Hatta meminta kewenangan absolute diberikan kepada Soekarno selama tiga bulan. 

Kondisi darurat militer pun diberlakukan. Pemberontakan dinyatakan berhasil diatasi pada 28 Oktober. Musso tewas tertembak tiga hari kemudian. Laporan lain menyatakan bahwa ribuan simpatisan komunis dan PKI lainnya terbunuh sementara 35.000 orang dipenjara (Kahin, 1970 : 300; Feith 1962 :52, Polomka 1971 :158).

Sejarah Madiun dan sebab dari yang melandasi pemberontakan Madiun memang tak diungkap oleh Taufiq Ismail dan sejarawan yang menilai PKI sebagai pihak yang dianggap sebagai hantu yang patut dimusnahkan. Terlebih sebab dan proses mengapa Amerika sampai begitu gencarnya mendukung penumpasan gerakan komunis di Asia tenggara termasuk Indonesia.

Motif kolonialisme ekonomi sampai saat ini tak pernah disinggung. Orang kemudian hanya tahu jargon pendek di mobil-mobil dan dikendaraan di jalan raya yang seolah meneror kita dengan gambar Suharto yang tersenyum dan mengatakan dengan entengnya : "Beras saiki regane piro le?, penak jamanku tho?". Jargon-jargon dan teror semacam itu justru membuat kebenaran sejarah semakin ditutup-tutupi.

Faktanya tidak ada yang berani mengungkap bagaimana kejahatan Orde baru baik dari sisi kemanusiaan maupun dari sisi kejahatan ekonomi dan politik yang dilakukan oleh Suharto di masa itu. Penulis adalah bagian dari generasi 90-an yang rindu kebenaran sejarah. Tentu, setelah 32 tahun lamanya berkuasa, rezim Suharto akhirnya tumbang dan arus reformasi dimulai, dengan makin muncul banyak buku yang semakin membuka tabir gelap sejarah kita.

Seruan Bung Taufiq Ismail tentu bagian dari cara kita menguak sejarah kelam kita, tentu kita tak boleh sebelah mata melihat sejarah. Kita mesti memandang secara menyeluruh, apalagi sejarah yang sudah ditutup-tutupi rapat oleh sebuah rejim yang selama puluhan tahun menggunakan instrumen negara untuk melegitimasi dan membuat sejarah sendiri dengan tujuan melegitimasi kekuasaan dan teror yang diciptakannya.

Karena itulah, upaya membuka tabir gelap sejarah yang diinisiasi oleh Yayasan Bhinneka Nusantara yang menerbitkan majalah edisi 50 tahun Genosida layak diapresiasi demi kebenaran sejarah.


Umat Islam Harus Kembali Mengenal Diri


Nah. bagaimana untuk mengantisipasi persoalan pelik yang terus bermunculan yang menjauhkan Kaum Muslimin dari ajaran Islam?. sementara saat ini Kaum Muslimin disibukkan dengan shalawat Nabi Saw pakai musik sehingga terlena dan samasekali tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh musuh.

Jawabannya adalah mengenal diri (hakikat diri), hakikat ruh, hakikat hidup, hakikat Nur Muhammad dan Hakikat Allah. Sebab dengan mengenal diri maka kita akan mengenal Allah, dengan jalan Tashawwuf sebab inilah strategi dakwah yang paling ditakuti oleh musuh-musuh Islam baik itu Amerika, China, Israel, dan PKI (yang termasuk di dalamnya tokoh-tokoh penting di Indonesia).

Editor Note: Dalam naskah aslinya, paragraf-paragraf selanjutnya merupakan copy paste dari postingan sebelumnya yang berjudul Mengenal Diri. Oleh karenanya paragraf tersebut tidak saya tampilkan. Bagi Anda yang belum sempat membaca postingan tersebut, Anda dapat melihatnya: disini

PKI adalah "hantu masa lalu" bangsa ini. Hantu yang keberadaannya senantiasa dihembus-hembuskan seperti bisikan antara ada dan tiada. Hantu yang kerap dijadikan stigma yang dilekatkan sebagai cap terhadap pihak-pihak yang "berseberangan", baik dalam faham, aliran, ras maupun kepentingan demi memuluskan tujuan yang ironisnya sering bersifat politis (contoh: Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017).

PKI adalah hantu masa lalu bangsa ini. Yang hingga hari ini masih gentayangan seperti hantu jailangkung yang minta diantar pulang. Seperti "unfinished bussiness" yang begitu sulitnya untuk dituntaskan. Entah sampai kapan bangsa ini terus dilanda kegamangan. Agaknya mungkin seluruh anak bangsa ini sesungguhnya mengerti bahwa menjernihkan tragedi G30 PKI tak ubahnya seperti membuka kotak Pandora. Kita tidak akan pernah tahu "kengerian" macam apa yang akan keluar dari kotak itu.

Namun beberapa hal sudah jelas. PKI pernah hadir di singgasana sejarah bangsa ini, itu adalah fakta. PKI pernah dua kali nyaris menjerumuskan bangsa ini ke dalam jurang perpecahan, itu adalah fakta. Banyak anggota-anggota PKI yang note bene tidak tahu apa-apa menjadi korban balas dendam pasca pemberontakan G30S PKI, itu adalah fakta. Kemudian adanya masa-masa dimana stigma "PKI" dijadikan alat untuk membungkam kebebasan berpendapat, itu juga fakta.

Pertanyaannya?, apakah hari ini PKI masih ada?. Apakah masih eksis?. Ataukah ia benar-benar merupakan hantu yang dimitoskan?. Hanya waktulah yang akan menjawab. Karena faktanya, pasca runtuhnya Uni Soviet, hanya tersisa tujuh negara saja yang masih bersikukuh mempertahankan ideologi komunis yaitu Tiongkok, Kamboja, Laos, Vietnam, Anggola, Kuba dan Korea Utara. Ironisnya, enam diantara negara-negara tersebut (kecuali Korea Utara), menerapkan ideologi komunis hanya di bidang politik. Selain itu (di bidang ekonomi, misalnya) mereka mengunyah mentah-mentah ideologi kapitalis!.

Hantu atau bukan. Fakta atau Hoax. Ancaman itu tetap ada. Karena siapa tahu diantara kita ada orang-orang setengah gila yang dibutakan oleh ambisi untuk mendirikan satu negara Utopia, tengah menanti saat yang tepat untuk mengobarkan sebuah revolusi yang akan mencabik-cabik negara dan bangsa ini. Satu hal yang meskipun berbeda secara ideologi, namun tujuannya sama, juga coba diupayakan oleh kaum radikal-fundamental.

Oleh karena itu, seperti yang selalu diucapkan oleh bang Napi diakhir acaranya:

Waspadalah!. Waspadalah!.


***

Penulis : Muhammad Qodhim*
Editor   : Hendra Gunawan

*) Muhammad Qodhim adalah nama pena Khairul Azzam El Maliky.


123456

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

0Komentar