Mencari Jalan Bersyareat Yang Benar

dzikir
Mencari Jalan Bersyareat Yang Benar

Cara mencintai Nabi Muhammad bagi kebanyakan orang Islam adalah dengan bershalawat sebanyak-banyaknya. 

Berbagai-bagai macam metode dalam membaca shalawat. Ada yang hanya dengan membaca Allahumma shalli a’ala Muhammad, yakin kelak akan mendapat syafa'at Baginda Nabi Muhammad dan berkumpul bersama beliau di dalam surga.

Namun bagi kalangan Nahdiyin membaca shalawat umumnya dengan maulid diba’i yang diiringi dengan hadrah Al-Banjariyah. Bahkan sejak beberapa tahun belakangan muncul jamiyah majelis maulid dan diba’ yang dipimpin oleh seorang habaib yang berasal dari Solo, yaitu Habib Syech bin Abdul Qadir.

Mereka menamakan diri sebagai Pemuda Rasulullah, Pecinta Rasulullah, Pecandu Shalawat dan Syaikher Mania. Allah..! Termasuk penulis sendiri dulu (sebelum mendapat hidayah) sangat fanatik shalawat nabi. Apakah memang seperti itukah cara kita mencintai Rasulullah ?. Dan sebenarnya Rasul yang manakah yang mestinya kita cintai ?.

Cinta Rasulullah sebenarnya bukan seperti di atas mengirim shalawat dan membaca shalawat nabi. Apalagi diiringi dengan alat musik hadrah yang terkadang iramanya seperti koploan orkes dangdut. Kemudian para jamaahnya berjoget, mengibarkan bendera bertuliskan Cahaya Rasulullah, melemparkan surban, dan bahkan urak-urakan. Apakah Rasulullah menyukai hal ini ?. Apakah kelak kita akan diakui sebagai umat Rasulillah ?. Lalu apa bedanya shalawat macam itu dengan pertunjukan orkes dangdut ?. Bukankah ini adalah kemaksiatan berbentuk shalawat ?.

Lalu betulkah yang kita cintai selama ini adalah Muhammad Saw. yang sebenar-benarnya Muhammad ?.

Nur Muhammad (Hamidun) berasal dari Ruh Allah yang melihat Diri-Nya sendiri selama 75.000 tahun. Kemudian Ruh Allah memancar menjadi Hamidun yaitu Nur Muhammad. Selama 75.000 tahun Nur Muhammad memandang diri-nya sendiri sebelum Allah memecahkannya menjadi makhluk (Muhammad). Jadi Alam raya, manusia, binatang, tetumbuhan, malaikat dan jin ini berasal dari Ruh Muhammad dan Ruh Muhammad berasal dari Ruh Allah.

Kenapa kita mengejar cinta keturunan nabi (Habaib) ?. Kenapa tidak mengejar cinta Allah ?. Memang kita selama ini selalu merendahkan diri dengan mengatakan memangnya siapa kita ?. Seakan-akan keturunan (Habaib) Muhammad Saw. adalah Juru Selamat. Jika umat Islam juru selamatnya keturunan (habaib) Muhammad, maka umat Kristiani juru selamatnya Isa As.

Sebenarnya Allah tidak pernah membuat hijab (sekat) dengan hamba-Nya. Kita sendirilah yang membuat sekat dengan Allah sehingga seakan-akan kitalah yang menjauh dari Allah. Kalau kita yang menjauh dari Allah, apakah Allah akan mendekat dengan kita ?. Ketika doa kita tidak dikabulkan, kita langsung menyalahkan Allah. Padahal kalau kita dekat dengan Allah, tanpa meminta pun akan Allah beri bahkan melebihi dari apa yang kita doakan.

Kita tidak perlu mengemis dari kepada Allah sebab mengemis sama saja dengan mengharap dan menginginkan. Dan apabila yang kita inginkan atau kita harapkan tidak terkabul, maka pasti hati kita akan menyalahkan Allah. Terkadang pula, kenapa selama bertahun-tahun shalat dan berdoa namun rezkinya tidak meningkat. Lagi-lagi kita menyalahkan Allah.

Manalah mungkin kita akan mencintai Allah ?, Lha, wong shalat kita mengharap pahala. Ini sama saja shalatnya orang pedagang. Meminta keuntungan. Shalat karena takut terhadap neraka. Ini shalatnya para budak. Kalau kita dekat dengan Allah, kita sudah tidak memikirkan atau mengharapkan apa-apa dari Allah. Ikhlas dan pasrah apa kata Allah. Kalau kita dekat dengan Allah, pasti kita akan mendapatkan cintanya Allah.

Tanpa bershalawat kepada Nur Muhammad pun tidak jadi masalah. Dijamin masuk surga. Ibarat seorang hukuman, ia akan bebas dari eksekusi apabila mendapat grasi dari Presiden. Nur Muhammad hanyalah pesuruh Allah dan tidak mempunyai hak apakah umatnya dimasukkan ke dalam surga atau neraka. Yang mempunyai keputusan mutlak hanyalah Allah Ta’ala. kalau Allah memutuskan kita masuk neraka, seribu syafaat pun tak berguna, Begitupun sebaliknya.

Tapi bagaimana kita akan mendapat cinta dari Allah kalau saja shalat pikiran masih memikirkan dunia ?. Seharusnya kalau sudah takbiratul ihram, itu tandanya pasrah !. Segala urusan yang ada di dunia ini biarlah Allah yang mengurus. Jangan takut kehilangan pekerjaan, takhta, jabatan, rumah, harta, kendaraan, perhiasan, peluang, dan apa saja yang beraroma duniawi. Sebab shalat adalah melepaskan hawa nafsu !. Bila kita sudah melepaskan hawa nafsu maka ruh atau jiwa kita akan menyatu dengan pemilik-Nya, dan itulah yang dinamakan dengan shalatnya jiwa. Bukan shalatnya batang tubuh.

Kalau shalatnya batang butuh tubuh, masih bisa ditiru oleh pemeluk agama lain. Ibadah shalat, puasa, baca Al-Quran, dan zakat (syareat) semuanya bisa ditiru. Sebab syareat merupakan pertama kali diajarkan dalam kitab-kitab agama Samawi( Zabur, Taurat, dan Injil yang disatukan dalam Surah Al-Fatihah atau Al-Quran Al-Karim).

Tapi kalau jiwa yang shalat (makrifat) dan yang puasa, tidak akan mudah ditiru. Syareat itu adalah ibadahnya tubuh dengan mengerjakan ritual rukun Islam sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan baik yang wajib maupun yang sunnah, dengan ibadah yang sebenar-benarnya karena Allah berharap pahala dan surga dan takut kepada dosa dan neraka, dan Al-Quran (Al-Karim) dan As-Sunnahnya tersurat.

Selama ini kita sering terjebak dalam hawa nafsu kita sendiri dengan beranggapan bahwa shalat itu adalah shalatnya jasad. Kalau yang shalat adalah jasad maka akan terdapat perbedaan dalam melakukannya. Hanya gerakan. Di kalangan Nahdiyin pakai doa Qunut, di kalangan Muhammadiyah tidak. Apa yang terjadi? . Maka yang terjadi adalah saling menyalahkan, saling mengkafirkan, saling menjatuhkan, bahkan saling beradu argumentasi. Shalat kita sia-sia!. Ikhwanul Muslimin termarjinalkan!. Terkotak-kotak.

Kata almarhum Gusdur dalam wejangannya, "Kafire wong digate’i, kafire dewe ora digate’i."

Kita shalat tapi kerjanya menilai hati orang. Apakah kita akan mendapatkan cinta Allah ?. Kita ini tidak sadar apabila selama ini kitalah yang kafir. Karena dalam hati kita terdapat sebuah kesombongan. Dan kesombongan merupakan syrik khofi. Dalam Al-Quran sudah dijelaskan, apabila terdapat kesombongan sebutir atom saja dalam hati, surga tidak akan menyentuh.! Surga saja tidak mau menyentuh, apalagi Allah yang Memiliki surga ?.Yang Memiliki Ruh ?.

Di dalam hati kita terkadang timbul meremehkan orang, menghina orang, membicarakan orang, dan melecehkan orang. Lalu kapan kita akan shalat dengan sebenar-benarnya shalat ?. Kita tidak tahu bahwa dalam tiap batang tubuh manusia ada Ruh Allah. Apabila kita mengatakan Si A kafir, samasaja halnya kita mengatakan kafir kepada Allah !. Apabila kita mengatakan Si B goblok, samasaja kita mengatakan goblok kepada Allah !. Apabila kita mengatakan Si C sesat. Samasaja mengatakan sesat kepada Allah !. Dengan demikian apakah bukan kita sendiri yang kafir ?. Yang sesat ?.

Apakah kita tidak sadar terbuat dari apakah kitab ?!. Kita ini dibuat dari dua alat vital tempat keluarnya air kencing bapak dan ibu kita !. Kita, manusia ini terbuat dari lubang keluarnya pipis ! Tempatnya kotoran ! Tempatnya kehinaan !. Setelah dua cairan putih kental yang tersembur dari dua alat kencing itu menyatu maka terciptalah segumpal darah. Saat itu Allah bertanya, Sanggupkah kamu menjadi khalifah-Ku di atas muka bumi ?.. Segumpal darah itu lalu menjawab, Sanggup, Ya Allah.

Lalu di tahap kedua, segumpal darah itu menjadi segumpal daging dan tulang. Allah bertanya lagi, Sanggupkah kamu menjadi khalifah-Ku ?. Segumpal daging itu kembali menjawab, Sanggup, Ya Allah. Tahap ketiga, segumpal daging dan tulang itu menjadi calon manusia. Sebelum Ruh Allah ditiupkan, manusia itu ditanya untuk yang terakhir kali, Sanggupkah kamu menjadi khalifa-Ku ?. Calon manusia itu menjawab, Sanggup, Ya Allah !. Maka setelah itu Allah meniupkan sebagian Ruh-Nya kepada manusia itu untuk dikeluarkan ke dunia.

Nah, ketika seorang bayi lahir dia menangis. Kenapa ?. Bukan karena dicubit oleh iblis bukan (ini cerita mengada-ngada alias hoax), melainkan lantaran menanggung tugas berat yaitu Menjadi Khalifahnya Allah !.

Kita selama ini tidak tahu, untuk apa diciptakan ? Apa yang dilakukan setelah diciptakan ?. Dan pergi kemana setelah diciptakan ?. Kita diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah !. Yang dilakukan Khalifah adalah taat kepada Allah !. dan setelah itu kembali ke asalnya Ruh, yaitu Allah !.Jadi Allah menciptakan Khalifah bukan diperintahkan untuk beribadah atau menyembah !. Kalau hanya itu, jangankan ustadz bergelar berderet-deret dibelakang namanya, anak SD saja tahu jawabannya.

Tapi, Menjadi Khalifah ?!.

Dan ternyata kita tidak pernah mampu menjadi khalifah yang bertanggung jawab dan berlaku adil !.

Lalu apa yang patut kita sombongkan dan kita banggakan ?. Sarjana ? Gelar Lc, M.Ag, M.Pdi, M,Hi, M.Si, M.Sos,?. Semuanya gelar itu hanya untuk mengejar dunia !. Dengan gelar-gelar itu akan mendapatkan ketenaran dengan mengkaji kitab Fiqih, Hadis, Tafsir, dan apapun jenisnya. Semakin dekat dengan kitab-kitab itu, maka semakin jauh dengan Allah !.

Ingatlah, tugas manusia itu bukan untuk menilai hati orang lain, bukan mengoreksi kesalahan orang lain, dan bukan untuk menceramahi orang lain !. Tugas kita adalah Taat !.Taat ! Taat !. Tugas kita sebagai khalifah adalah,

MENGENAL DIRI DAN MENGENAL ALLAH. KEMBALI KE DIRI DAN KEMBALI KE ALLAH !.

Kalau kita belum MENGENAL DIRI DAN MENGENAL ALLAH, kapan kita akan dekat dengan Allah ?. Kapan kita akan mendapat cinta Allah.?. Kapan kita akan bersyareat yang benar ?.. Kalau kita sudah bersyareat yang benar, maka para ustadz-ustadz itu tidak diperlukan lagi. Dan para ustadz itu sebenarnya tugasnya bukan menyampaikan dakwah, tapi Taat ! Kalau dirinya saja belum MENGENAL DIRI DAN MENGENAL TUHAN serta bersyareat dengan benar, apakah pantas menceramahi orang lain ?.

Kita bercermin dulu kepada diri (kembali ke DIRI). Lalu kita akan melihat Ruh Allah. Jika kita sudah MENGENAL DIRI DAN MENGENAL ALLAH, maka kita akan mendapat cinta Allah. Syafaat Nabi hanyalah pertolongan namun tidak menjamin kita akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.

 Rasulullah Saw.bersabda, "Cintai Ibumu !. Ibumu.!. Ibumu.!".

Siapa ibumu ?.

Jiwa kita !.

Jiwa atau diri ini disuruh untuk dijaga dan jangan dizhalimi. Dalam lagu kebangsaan kita ada lirik, "bangunlah jiwanya, bangunlah badannya". Kita bangun jiwa kita dengan mengenal diri dan mengenal Allah (makrifat), kemudian barulah bangun badannya (syareat). Inilah jalan bersyareat yang benar.

Tidak perlu bershalawat. Tidak perlu membaca shalawat dengan iringan musik hadrah. Karena bersyareat yang benar merupakan sunah Rasul dan bentuk cinta kepada Rasulillah Saw. Tidak perlu mencintai Kiai dan Habaib dengan cara mencium tangan mereka dan berdalih mengharapkan barakah. Karena barakah milik Allah !. Boleh kita mencium tangan mereka, maksudnya yang kita cium adalah Ruh Allah yang berada dalam tubuh mereka.

Allahumma nawwir qalbina binuri hidayatika, Ya Allah. Kamaa nawartal ardha binuri syamsika abada

#Karya orisinil. Ditulis setelah tafakkur panjang dalam rongga jiwa yang kosong#



tassawuf 2



***

Penulis : Khairul Azzam El Maliky.Gz*
Editor  : Hendra Gunawan

* Gz : gendheng paling mburi.



fotoKhairul Azzam Elmaliky.Gz (30) lahir di sebuah desa bernama Kanigaran, Probolinggo, Jawa Timur. Pernah menyantri di Pesantren As-Salafiyyah Riyadlus Sholihin, Ketapang Kota Probolinggo-Jawa Timur. Kini ia fokus menyusun skenario untuk FTv bertema religius untuk PH Sinema Art Azzam adalah kontributor tetap untuk blog ini. Khairul Azaam dapat dihubungi via emai di bahteraschoolwritting@yahoo.co.id, serta akun Facebooknya : disini

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar