Allah Tidak Adil !

nur allah
Sungguh Allah tidak adil !.

Itu kalimat yang terlontar dari mulut salah satu teman penulis.

Pernyataan itu sungguh membuat penulis terpojok dan dijadikan bahan ledekan, hinaan dan remehan yang sudah jelas membuat hati terasa jengkel, kesal, marah, emosi, dan benci. Penyakit-penyakit itu muncul seumpama cendawan yang menjamur di kala musim penghujan.

Lalu bagaimana dengan ibadah-ibadah yang selama ini penulis tunaikan. Padahal penulis menunaikan ibadah-ibadah baik wajib maupun sunnah hanya mengharap ridha Allah, pahala, surga dan takut dosa dan neraka?. Sungguh selama itu tidak terbetik sama sekali dalam hati penulis. Sehingga penulis tidak menyadari bahwa betapa penulis telah keluar dari Islam alias kafir khofi.

Astaghfirullahalazhim !.

Karena itulah lantas penulis bilang: Sungguh Allah memang tidak adil !.

Karena hanya pertanyaan itu saja penulis tidak bisa menjawab. Menandakan bahwa betapa bodohnya penulis. Kemudian timbullah dalam hati titik hitam yaitu rasa iri, dengki, dan dendam. Iri kepada yang diberi kecerdasan oleh Allah sehingga dapat meraih gelar sarjana S1, S2 dan S3. Dengki dengan cara tidak bertegur sapa dan berniat untuk mencelakannya. Dendam ingin mengalahkannya dengan mencari sisi kelemahannya.

Sungguh penulis memang merasa bahwa Tuhan tidak Adil !. Sehingga menjadikan penulis marah dan benci kepada Allah. Dan makin lama penulis berkeyakinan bahwa Allah tidak ada !. Padahal, membenci apalagi tidak yakin akan adanya Allah samasaja halnya telah kafir alias keluar dari Islam alias Atheis. Lalu apa yang penulis dapatkan selama beribadah sementara penulis telah kafir khofi?.

Akhirnya penulis tidak mengerjakan shalat yang wajib maupun yang sunnah. Nauzubillahimindzalik !.

Apabila penulis teringat betapa bodohnya dan betapa ummy-nya penulis saat itu ketika dalam bertafakkur, penulis menangis dengan sejadi-jadinya. Sungguh selama ini tanpa penulis sadari, penulis sudah tidak beriman kepada Allah. Mungkin inilah jalan yang Allah tunjukkan kepada penulis dalam proses pengenalan diri dan pengenalan terhadap Allah. Proses mencari siapa Allah Yang Maha Menghidupkan.

Awal perjalanan proses mencari diri atau lebih tepatnya mengenal diri yang dilakukan penulis adalah secara tidak sengaja penulis menemukan sebuah naskah teater yang ditulis oleh guru penulis ketika masih sekolah MTs. Kemudian, penulis bersilaturrahim ke rumah guru penulis. Dan di sanalah Allah memberi petunjuk kecil kepada penulis. Guru penulis justru bertanya kepada penulis begini,

“Siapa dirimu yang asli ?. Di mana dirimu yang asli ?. Dan berapa besar kecilnya ?.”

Pertanyaan ini justru membuat penulis makin bodoh. Puluhan kitab kuning baik Tafsir Jalalain, Tafsir Hadits, Akidah hingga Fiqih(syareat) yang dipelajari penulis selama mondok samasekali tidak ada apa-apanya,sebab tidak bisa menjawab tiga pertanyaan itu.

Sungguh penulis merasa menjadi manusia terbodoh di hadapan Allah. Guru penulis yang tidak bisa ilmu Tafsir, Fiqih dan Nahwu-Sharraf justru membabat kesombongan yang ada dalam diri penulis. Demi Allah selama pertemuan dua jam itu penulis tidak mampu menjawab. Samasekali tidak berkutik.

Pada pertemuan kedua (sementara pertanyaan pertama belum terjawab), guru penulis bertanya kembali:

"Untuk apa kamu diciptakan ?.. Apa yang kamu lakukan setelah diciptakan?. Dan kemana setelah kamu diciptakan?".

Penulis menjawab dengan enteng, "Tujuannya untuk ibadah, menyembah Allah, Pak".

Justru guru penulis menertawakan jawaban penulis. Beliau menjawab, "Kalau jawabanmu seperti itu, anak TK juga tahu. Tidak perlu kiai atau da'i".

Sungguh jawaban itu membuat penulis yang selama bertahun-tahun belajar kitab kuning, mendalami Al-Quran dan mendalam Hadits menjadi seorang pandir!. Sungguh penulis malu sekali. Malu saking bodohnya penulis. Bodoh di atasnya orang terpandir di atas muka bumi.

Kemudian penulis menceritakan kepada guru penulis tentang pernyataan yang terlontar dari mulut teman penulis. Teman penulis mengatakan begini: Kenapa kulit saya cokelat ?, kulitnya teman ini kuning ?, dan kulitnya teman yang satu ini hitam?.. Seharusnya kulit kami sama ?. Berarti Allah tidak Adil !.

Kenapa saya bekerja sebagai pegiat seni teater, teman ini wartawan, dan teman yang satu ini guru seni musik.?. Seharusnya pekerjaan kami sama ?. Berarti Allah tidak Adil !.

Kenapa anak saya laki-laki ? Anak teman ini perempuan ? Dan temannya teman yang satu perempuan?. Seharusnya jenis kelamin anak kami sama ?. Berarti Allah tidak Adil !.

Kenapa saya miskin, teman ini kaya, dan teman yang satu ini biasa saja ?. Seharusnya kami sama-sama miskin atau sama-sama kaya ?. Berarti Allah tidak Adil !.

Kenapa saya lulusan MA, teman ini S2 Sastra dan Bahasa Indonesia,dan teman yang satu S1 Tarbiyyah ?. Seharusnya kami sama-sama MA, S1 atau S2 ?. Berarti Allah tidak adil !.

Kenapa dalam Islam ada muslim, mukmin dan muttaqin ?. Ini kasta dalam Islam ?.Seharusnya derajat kita sama ? . Berarti Allah tidak adil !.

Kenapa manusia ada yang bangsa Amerika, Arab, Afrika, dan Asia ?. Seharusnya bangsa kami sama ?. Berarti Allah tidak Adil !.

Kenapa manusia dibedakan menjadi bersuku-suku, ada suku Jawa, suku Minang, suku Batak, suku Nias, suku Bugis, suku Sasak, dan suku Dayak ?. Seharusnya suku kami sama ? Berarti Allah tidak Adil !.

Kenapa bahasa berbeda-beda, ada bahasa Melayu, Jawa, Minang, Batak, Dayak, Sasak, Bugis, Melayu, Arab, Inggris, dan lain-lain ? Seharusnya bahasa kami sama ?. Berarti Allah tidak Adil !.

Lalu apa jawaban penulis ?. Penulis samasekali tidak berkutik !. Penulis sungguh benar-benar menjadi orang terbodoh di atas dunia.

Setelah beberapa minggu pasca pertanyaan itu membuat kepala penulis pening, akhirnya guru penulis membuka pintu rahasia yang selama ini dicari oleh penulis.

Siapa dirimu yang asli ?. Maksudnya siapa kita yang asli. Yang kita (Ruh) dan yang mana hawa nafsu. Di mana dia ?. Di dalam batang tubuh. Dan berapa besar kecilnya ?. Sangat-sangat kecil. Dalamnya titik ada titik, dan di dalamnya titik kedua masih ada titik. Itulah kita.

Untuk apa kita diciptakan ?. Kita diciptakan untuk Mengenal diri,sebagai khalifah.

Apa yang dilakukan setelah diciptakan ?. Yang kita lakukan setelah diciptakan adalah taat kepada Allah.

Dan kemana setelah diciptakan ?. Kembali kepada Allah, yaitu Mengenal Allah.

Jadi kita sama Allah disuruh mencari dan membedakan mana kita dan mana hawa nafsu. Bukan untuk beribadah siang dan malam. Shalat menghadap ke arah kiblat. Puasa di bulan Ramadhan. Dan haji ke Baitullah yang selama ini kita kerjakan.

Bukan!.

Percuma melakukan itu semua namun kita belum mengenal diri. Shalat tapi masih belum mampu melepas hawa nafsu akhirnya terkumpul di jidat hingga menghitam. Puasa tapi masih belum mampu membakar hawa nafsu akhirnya terakumulasi di jidat hingga menghitam. Haji tapi masih suka marah akhirnya menyatu di jidat hingga menghitam. Jadi orang yang jidatnya menghitam bukan mutlak berarti dia ahli sujud, melainkan bisa jadi dia adalah manusia yang tidak mampu melepas hawa nafsunya.

Ini yang selama ini tidak kita rasakan. Tidak kita sadari.
taubat
Kita selama ini merasa telah benar. Beribadah siang-malam membuat kita bukan makin mendekat sama Allah malah makin menjauh dari Allah. Kita disuruh Allah untuk mencari diri yang ada di dalam batang tubuh ini. Bukan untuk shalat dengan memperdebatkan arah kiblat. Itu shalatnya tubuh alias olahraga. Apakah tidak sia-sia shalat kita? Sebab yang benar adalah shalatnya jiwa.

Puncaknya adalah ketika Ruh bertemu dengan asalnya Ruh, yaitu Allah. Itulah shalat yang sebenar-benarnya shalat. Itulah Islam yang sebenar-benarnya Islam. Islam itu pasrah, ikhlas, tawakkal, qanaah, zuhud, wara’, dan istiqamah.

Kalau masih belum pasrah, ikhlas, tawakkal, qanaah, zuhud, wara’ dan istiqamah itu bukan Islam. Belum Islam. Jangan mengatakan telah ber-Islam secara kaffah kalau tidak paham apa itu Islam kaffah !..Dan jangan mengatakan diri manusia sebelum mengenal siapa dirinya sendiri!.

Apakah shalat kita akan diterima sementara kita belum mengenal Allah, atau siapa yang kita sembah ?. Ibarat bertamu, namun kita tidak mengenal si Tuan Rumah ?. Apakah kita akan diterima ?. Itulah shalat. Kalau kita sudah mengenal siapa yang disembah maka kita tidak akan malu. Kita akan khusuk berdialog dengan Sesembahan kita. Di sanalah kita akan merasakan nikmatnya shalat. Tanpa memikirkan ini dan itu sebab sudah pasrah. Sudah ada yang mengurus. Kalau kita belum mengenal siapa yang kita sembah, maka ketika shalat timbul pikiran ini dan itu yang kesemuanya bersifat duniawi. Dan berarti kita belum mampu melepas hawa nafsu. Melepas dunia.

Itu yang dijelaskan oleh guru penulis. Mendengar hal ini penulis amat-amat menyesal. Menyesal karena ibadah yang selama ini penulis kerjakan tidak ada apa-apanya. Nol !, Nihil !.. Apakah Anda (pembaca) tidak merasakannya juga ?.

Jawaban pertanyaan ketiga. Allah berasal dari Ruh (Cahaya). Selama ribuan tahun cahaya itu memandang diri-Nya sendiri. Kemudian setelah itu terciptalah dari Cahaya Allah, Nur Muhammad. Selama ribuan tahun pula Nur Muhammad memandang dirinya sendiri. Kemudian, Ruh Allah memecah Nur Muhammd menjadi alam raya, malaikat, jin, binatang, pepohonan, dan manusia yang kesemuanya dinamakan Makhluk.

Allah menciptakan kesemua makhluk berpasang-pasangan. Ada surga ada neraka, ada siang ada malam, ada langit ada dunia(bukan bumi/ ardh maknanya tanah/dunia, sementara tiin maknanya lumpur. Adam terbuat dari lumpur). Ada laki-laki ada perempuan, ada kaya ada miskin, ada lautan ada daratan, ada tinggi ada pendek,dan sebagainya.

Allah menciptakan manusia dengan berbangsa-bangsa, bersuku-suku, berbagai ragam bahasa, warna kulit, warna rambut, bentuk tubuh, dan sebagainya agar saling kenal-mengenal (Surah Al-Hujurat ayat 13). Itulah yang dinamakan dengan Allah Maha Adil !.

Allah bukan tidak Adil, melainkan Allah Maha Adil !.

Jika mengatakan Allah tidak Adil, maka carilah Tuhan selain Allah di atas muka bumi ini. Jangan bertuhan Allah. Jangan Ber-Islam. Carilah agama selain Islam!.

Mendengar jawaban ini penulis menangis saking bodohnya penulis. Terbodoh di atasnya orang terbodoh di atas dunia. Tidak ada yang patut penulis sombongkan lagi setelah memahami ini. Penulis teringat akan Nabi Musa yang sombong dengan mengatakan bahwa tidak ada manusia paling cerdas selain dirinya. Padahal dirinya ummy (tidak bisa membaca dan menulis tulisan yang tidak ada papannya, namun bisa dibaca) sebelum bertemu dengan Nabi Khidir. Begitu juga dengan yang dialami oleh Rasulillah Saw. dalam proses menuju jalan kenabian. Guru hikmahnya Rasulillah Saw. adalah Jibril. Rasulillah Saw. disuruh membaca. Membaca diri !.

Setelah itu, penulis baru membaca diri (mengaji ke dalam diri) dengan melakukan tafakkur diri. Dalam tafakkur diri penulis menemukan bahwa dalam diri ada tujuh lapis langit. Apa itu lapis langit ?. Dalam diri ini ada tujuh lapis Ruh dan ada tujuh lapis nafsu yang terletak pada tingkatannya yang selama ini kita ketahui tingkatan pada langit. Dan ketujuh tingkatan itu tersimpan dalam tujuh ayat dalam surah Al-Fatihah yang kemudian menyusut menjadi Alif Fathihah.

Apa saja tujuh lapis ruh dan tujuh lapis nafsu serta letaknya ?.

Langit pertama adalah Ruh Jasmani dan Nafsu Amarah yang terkandung dalam ayat Ghairil maghdu bi a’alaihim wa ladhdhaliin, letaknya di tulang ekor.

Langit kedua adalah Ruh Ruhaniyyun dan Nafsu Lawwamah yang terkandung dalam ayat Shirathalladzi na an’amta ‘alaihim, letaknya di antara pusar dan kelamin.

Langit ketiga adalah Ruhul Qudus dan Nafsu Mulhammah atau Sawwiyyah, yang terkandung dalam ayat ihdinnash shirathal mustaqiim, letaknya pusat.

Langit keempat adalah Ruh Idhofi/Dhoif dan Nafsu Mutmainnah, yang terkandung dalam ayat Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasyta’in, letaknya di dada antara dua puting.

Langit kelima adalah Ruh Rabbani dan Nafsu Radhiah, yang terkandung dalam ayat Maliky yaumiddiin, letaknya di tenggorokan.

Langit keenam adalah Ruh Rahmatan lil ‘alamin dan Nafsu Mardiah, yang terkandung dalam ayat Arrahmanirrahim, letaknnya di kening.

Dan langit ke tujuh adalah Ruh Qadim dan Nafsu Kamilah, yang terkandung dalam ayat Alhamdulillahirrabbil ‘alamin, letaknya di ubun-ubun. Dan inilah yang dinamakan dengan puncak tersampainya Ruh Muhammad, Arasy.

Batang tubuh ini kosong, inilah yang dinamakan dengan alam raya. Dan isinya disebut dengan tujuh lapis langit. Tujuh Ruh dan Tujuh nafsu sesuai dengan tingkatannya. Jadi kalau kita mencari Arasy atau mengatakan Arasy itu ada di atas langit atau awang-awang samasaja kita gila alias sesat.

Jadi manakah yang dikatakan akidahnya yang sesat ?.

Akidah kita selama ini ternyata berada dalam kesesatan yang tersirat. Terlihat namun tidak terlihat. Samar.Dan kita tidak menyadarinya. Kalau kita percaya atau yakin bahwa Arasy (tempat bersemayamnya Allah) di atas langit ke tujuh itu di awang-awang, maka akidah kitalah yang sebenarnya sesat-menyesatkan!. Padahal selama ini para dai mengatakan agar mewaspadai bahaya akidahnya orang Syiah.

Bukan orang Syiah yang sesat akidahnya, kita sebetulnya yang akidahnya sesat !. Dan terbahaya di atasnya akidah terbahaya karena meyakini bahwa Arasy di atas langit lapis ke tujuh. Padahal tujuh lapis langit itu adalah bahasa kiasan, dalam bahasa kerennya bahasa sastrawinnya

Allah yang makna tersiratnya tujuh lapis Ruh dan tujuh lapis Nafsu. Para ahli Al-Quran Al-Karim, Hafidz dan ahli tafsir tidak memahami ini, sebab mereka hanya pandai membaca tulisan yang tertulis(tulisan tidak nyata) namun tidak bisa membaca tulisan yang tidak tertulis(tulisan nyata) yang letaknya di Lauhim Mahfudz(di sekitar dunia/ di atas tanah).

Apa saja yang terkandung dalam Ruh dan nafsu yang tersebar di alam raya (rongga kosong batang tubuh) itu ?. Penulis tidak bisa menjelaskan dengan detil karena penjelasan ini bukanlah ilmu atau artikel yang musti diumbar bebas layaknya ilmu-ilmu umum. Maka dari itu, sebenarnya Allah telah memberikan sebuah perpustakaan tak terbatas dan koleksi kitabnya tak terbatas.

Kuliah, nyantri dan sekolah bukanlah di kampus-kampus, sekolah-sekolah dan pesantren-pesantren yang berbiaya mahal hingga mencapai puluhan juta, sementara Allah telah menyediakan sebuah sekolah yang tak terbatas dan tiada berbatas, yaitu di dalam diri kita (batang tubuh).

Apabila kita telah membaca kitab nyata yang ada di dalam diri maka pengetahuan kita tentang hakikat Ruh, nafsu, manusia, agama, dan Tuhan akan mengantarkan kita menyatu dengan Allah. Kita tidak akan menjadi manusia terpandir di dari yang terpandir di atas muka bumi. Dan kita tidak akan pernah berkata-kata atau mengumpat-ngumpat lagi bahwa Allah Tidak Adil, melainkan Allah Maha Adil!.

Ya Allah, jauhkan aku dari fitnah yang keji, jauhkan aku dari hati yang tidak khusyuk, dan jauhkan aku dari ilmu yang tidak bermanfaat. Amiin.

#Karya orisinil. Ditulis setelah tafakkur panjang dalam rongga jiwa yang kosong#



tassawuf


***

Penulis : Khairul Azzam El Maliky. Gz*
Editor   : Hendra Gunawan

*Gendheng paling akhir.


12

fotoKhairul Azzam Elmaliky.Gz (30) lahir di sebuah desa bernama Kanigaran, Probolinggo, Jawa Timur. Pernah menyantri di Pesantren As-Salafiyyah Riyadlus Sholihin, Ketapang Kota Probolinggo-Jawa Timur. Kini ia fokus menyusun skenario untuk FTv bertema religius untuk PH Sinema Art Azzam adalah kontributor tetap untuk blog ini. Khairul Azaam dapat dihubungi via emai di bahteraschoolwritting@yahoo.co.id, serta akun Facebooknya : disini

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar